Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Diosdado Cabello: Fasisme dapat Dikalahkan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Kamis, 12 September 2024, 03:21 WIB
Diosdado Cabello: Fasisme dapat Dikalahkan
Menteri Dalam Negeri, Keadilan, dan Perdamaian Venezuela, Diosdado Cabello/RMOL
rmol news logo Diosdado Cabello menjadi pembicara kunci di hari kedua "Kongres Dunia Melawan Fasisme, Neo-Fasisme, dan Ekspresi Serupa" yang diselenggarakan di Centro de Convenciones Parque BolĂ­var, Caracas, Kamis siang (11/9).

Kata Diosdado, sejak Hugo Chavez mendapat kepercayaan rakyat memimpin Venezuela sebagai antitesa pemerintahan neoliberal sebelumnya, Amerika Serikat berkali-kali berupaya mensabotase dan menggagalkan revolusi Bolivarian. Tetapi, upaya dengan berbagai cara itu selalu menemui kegagalan.

"Venezuela laboratorium yang membuktikan bahwa fasisme dapat dikalahkan," ujarnya berapi-api.

Diosdado adalah seorang kapten di Angkatan Bersenjata Venezuela (FANB). Tapi dia bukan kapten biasa.

Dalam kabinet baru pemerintahan yang diumumkan sebulan setelah kemenangan Nicolas Maduro Moros dalam pemilihan presiden akhir Juli lalu, Diosdado ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri, Keadilan, dan Perdamaian atau Ministerio del Poder Popular para Relaciones Interiores, Justicia y Paz.

Diosdado juga bukan menteri biasa. Dia salah satu tokoh kunci yang ikut melahirkan revolusi Bolivarian.

Dia bersahabat dengan mendiang Hugo Chavez sejak keduanya bermain di klub baseball di Instituto Universitario PolitĂ©cnico de las Fuerzas Armadas Nacionales. 

Di tahun 1992 ketika Chavez memimpin kudeta untuk menggulingkan Presiden Carlos Andres Perez, Diosdado membawa pasukan tank menyerang Istana Miraflores.

Kudeta itu gagal. Seperti Chavez dan tentara lain yang terlibat dalam kudeta, ia dijatuhi hukuman penjara. Di tahun 1994, Presiden Rafael Caldera yang kembali berkuasa menggantikan Carlos Perez membebaskan kelompok Chavez termasuk Diosdado.

Keluar dari penjara, Diosdaso membantu Chavez mendirikan dan membesarkan Movimiento Quinta Republica (MVR) yang merupakan cikal bakal Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV). Ikhtiar mereka berbuah kemenangan. Chavez memenangkan pemilihan presiden yang digelar Desember 1998.

Di bulan Januari 2002 Diosdado diangkat sebagai Wakil Presiden mendampingi Chavez.

Revolusi Bolivarian yang masih bayi menghadapi perlawanan dari kelompok kontra revolusi di tubuh militer pro Barat yang puncaknya adalah kudeta di pertengahan April 2002.

Chavez dipaksa meninggalkan jabatannya dan ditahan kelompok kontrev. Tapi situasi ini tidak berlangsung lama. Diosdado yang dilantik sebagai presiden sementara berjuang mengembalikan Chavez ke Istana Miraflores. Kurang dari dua hari, Chavez kembali berkuasa.

Setelah mengembalikan kursi presiden pada Chavez, Diosdado "turun pangkat" lagi menjadi Wakil Presiden sampai akhir April 2002. 

Selanjutnya dia ditugaskan Chavez pada posisi Menteri Dalam Negeri untuk memastikan stabilitas dalam negeri. Hanya satu tahun ia menempati posisi itu. Kemudian Diosdado ditugaskan sebagai Menteri Infrastruktur sampai 2004, dan menjadi Gubernur Miranda dari 2004 sampai 2008.

Diosdado juga pernah menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan dari 2009 sampai 2010. Setahun kemudian dia menjadi Anggota Majelis Nasional sampai sehari sebelum Pilpres 2024 bulan Juli lalu. 

Di Majelis Nasional, Diosdado tercatat sebagai Ketua dari tahun 2012 sampai 2016.

Tahun 2011 karier politik Diosdado semakin moncer. Dia diangkat menjadi Wakil Presiden PSUV mendampingi Chavez. Setelah Chavez meninggal dunia di tahun 2013, Nicolas Maduro yang menggantikan Chavez tetap mempercayakan posisi itu pada Diosdado hingga kini.

Melihat peranan dan keterlibatannya yang begitu signifikan dalam revolusi Bolivarian, cerita Diosdado mengenai perjuangan Venezuela melawan Amerika Serikat memukau dan membakar semangat peserta Kongres yang memenuhi ruangan. Dukungan diteriakan, bendera berbagai delegasi dikibar-kibarkan.

Siapapun yang berkuasa di Amerika Serikat, katanya, memiliki kebencian yang teramat sangat pada revolusi Bolivarian yang memutus rantai ketergantungan yang menindas.

Katanya lagi, Amerika Serikat membenci revolusi Bolivarian di Venezuela dan ingin seluruh dunia ikut memiliki kebencian yang sama. 

Dalam rangka itu, teknologi komunikasi yang dikembangkan Amerika Serikat digunakan untuk menanam dan menyebarkan kebencian, untuk membuat masyarakat dunia percaya bahwa Venezuela adalah contoh negara gagal dan rezim di Venezuela adalah diktator.

"Tapi Anda ada di sini, dan melihat bagaimana kami sehari-hari," ujarnya.

"Mereka menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan kebencian pada kita. Kita gunakan media sosial untuk melawan mereka, memperlihatkan pada mereka bahwa kita tidak seperti di dalam kebohongan yang mereka sebarkan," demikian Diosdado. rmol news logo article



Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA