Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mendeteksi asap hitam pekat keluar dari wilayah barat laut PLTN, setelah mendengar beberapa ledakan sepanjang malam.
Operator di pabrik tersebut memberi tahu IAEA bahwa kebakaran itu dimulai setelah serangan pesawat nirawak menghantam salah satu dari dua menara pendingin pabrik tersebut.
Meskipun kebakaran telah terdeteksi, baik IAEA maupun pihak Ukraina mengatakan situasi di PLTN Zaporizhzhia relatif aman.
Operator di pabrik Zaporizhzhia memberi tahu IAEA bahwa tidak ada bahan radioaktif di dekat lokasi dugaan serangan, dan tim PBB secara independen memverifikasi bahwa tingkat radiasi di area tersebut tidak berubah.
"Enam reaktornya ditempatkan dalam penutupan dingin," kata IAEA mengonfirmasi, seperti dimuat
Anadolu Ajansi.Pabrik nuklir terbesar di Eropa itu direbut oleh militer Rusia tak lama setelah invasinya ke Ukraina pada tahun 2022.
Zelensky menyalahkan Rusia atas insiden kebakaran tersebut dan meminta pertanggung jawaban mereka.
"Rusia telah menggunakan PLTN Zaporizhzhia hanya untuk memeras Ukraina, seluruh Eropa, dan dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Rosatom, perusahaan energi milik negara Rusia yang ditunjuk sebagai operator pabrik tersebut, menyalahkan militer Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita milik negara Rusia
TASS, Rosatom menuduh Ukraina melakukan terorisme nuklir.
Rosatom juga menyalahkan Ukraina atas serangan serupa yang terjadi di pabrik tersebut pada bulan Juni.
Gubernur Zaporizhzhia Oblast, Yevgeny Balitsky yang ditunjuk Rusia, menyalahkan penembakan Ukraina terhadap kota Enerhodar di dekatnya.
Sementara itu, IAEA sejauh ini menolak menyalahkan pihak mana pun atas kebakaran terbaru tersebut.
Kebakaran di Zaporizhzhia terjadi hanya beberapa hari setelah militer Ukraina melancarkan serangan balasan ke wilayah Rusia.
Pertempuran tersebut telah membawa pasukan Ukraina mendekati Pabrik Tenaga Nuklir Kursk yang besar, yang memicu peringatan lain dari IAEA pada hari Jumat (9/8).
BERITA TERKAIT: