Dalam sebuah konferensi pers online pada Senin (12/8), Kepala Emergency Medical Team (EMT) 5, Dokter spesialis bedah syaraf Dani Kurniadi mengatakan perjalanan mereka menuju RS Indonesia cukup menantang, di mana mereka harus melewati sejumlah pos pemeriksaan yang dijaga ketat oleh militer Israel.
Diceritakan Dani, EMT 5 berhasil tiba di Deir Al Ballah, Gaza Tengah pada Jumat (9/8). Mereka kemudian mengikuti konvoi kendaraan Organisasi Kesehata Dunia (WHO) dan akhirnya tiba di RS Indonesia pada sore hari.
"Jaraknya tidak jauh, cuma sekitar 15 kilo, karena banyak protokol jadi perjalanan bisa lebih dari 6 jam. Kita pindah kendaaraan menuju RS Indonesia sampai jam 16.00 sore," ungkapnya.
Dani mengatakan, pada malam pertama di RS Indonesia, mereka disambut dengan pasien korban pemboman dan langsung ikut membantu penanganan, meskipun saat itu mereka belum sempat bertemu dengan direktur rumah sakit.
"Kita belum sempat ketemu sama managemen dan direktur. Malamnya kita disambut dengan pasien korban pemboman, satu bayi meninggal, empat lainnya mendapati luka akibat tembakan dan serpihan ledakan," paparnya.
Keesokan harinya pada Sabtu (10/8), kata Dani, EMT 5 akhirnya bertemu dengan direktur RS Indonesia, berdiskusi tentang situasi kondisi dan berkeliling memeriksa keadaan rumah sakit.
Sejauh ini, MER-C Indonesia telah mengirim lima tim EMT berkolaborasi dengan WHO dengan jumlah relawan 34 orang.
MER-C Indonesia adalah satu-satunya yang relawannya bertugas di Jalur Gaza, mereka diarahkan membantu operasi klinik dan RS yang masih berfungsi sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan Gaza.
BERITA TERKAIT: