Kabar meninggalnya tokoh yang dikenal keras terhadap tindakan korupsi dan telah mengantarkan era hubungan kuat antara Vietnam dengan AS tersebut dimuat di situs Pemerintah.
Postingan web tersebut, mengutip informasi dari tim medis Trong, mengatakan dia meninggal pada Jumat sore setelah beberapa waktu sakit.
"Presiden Vietnam To Lam untuk sementara mengambil alih tugas Trong pada Kamis karena kebutuhan untuk terus memprioritaskan waktu bagi sekretaris jenderal untuk fokus pada pengobatan aktif,” kata Politbiro partai tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Sabtu (20/7).
Trong menjabat posisi sebagai orang nomor satu di partai selama 13 tahun.
Ia lahir dari keluarga petani pada tahun 1944, ketika Vietnam masih menjadi koloni Prancis tetapi diduduki oleh Jepang selama Perang Dunia II.
Sebagai seorang mahasiswa, pada puncak Perang Vietnam, ia bergabung dengan partai buruh yang kemudian menjadi partai yang berkuasa saat ini.
Ia memegang serangkaian peran, mulai dari mengedit majalah partai hingga menjabat sebagai ketua parlemen dan sekretaris komite partai di parlemen.
Penutur bahasa Rusia ini mempelajari pembangunan partai dan sastra sebelum mengabdikan karirnya pada komunisme.
Trong belajar di Uni Soviet dari tahun 1981 hingga 1983, yang menimbulkan spekulasi bahwa di bawah kepemimpinannya, Vietnam mungkin akan semakin dekat dengan Rusia dan Cina.
Namun, negara Asia Tenggara itu mengikuti kebijakan pragmatis “diplomasi bambu,” sebuah frasa yang ia ciptakan untuk merujuk pada fleksibilitas tanaman itu, yang mampu tunduk namun tidak patah dalam perubahan arah geopolitik.
Trong menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, posisi politik tertinggi di Vietnam, pada tahun 2011, setahun sebelum Xi Jinping menjadi rekannya di Tiongkok.
Karir mereka berlanjut secara paralel, dengan keduanya akhirnya memenangkan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya dan melancarkan pemberantasan korupsi yang juga dipandang sebagai alat untuk melawan saingannya.
BERITA TERKAIT: