Mengutip
Politico pada Rabu (22/5), pergolakan politik internal Iran setelah kematian Raisi dan dampaknya pada dinamika regional tengah diamati Washington.
Kabar kematian Raisi di akhir pekan membuat AS resah. Ada kekhawatiran bahwa Iran akan segera menuduh Israel dan AS sebagai pihak yang menyabotase helikopter Raisi hingga jatuh di dekat perbatasan.
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa kekhawatiran itu membuat Washington berspekulasi jauh tentang potensi meletusnya Perang Dunia ke-3.
"Untuk sementara waktu, bukanlah sebuah pertanyaan gila untuk bertanya, Apakah ini awal mula Perang Dunia ke-3?," ujarnya.
Pada Senin (20/5) juru bicara utama Departemen Luar Negeri, Matthew Miller menyampaikan belasungkawa atas kematian Raisi. Tetapi menolak ikut membantu proses penyelidikan karena alasan logistik.
"Pada akhirnya, sebagian besar karena alasan logistik, kami tidak dapat memberikan bantuan tersebut," ujarnya.
Di hari yang sama, Menteri Pertahanan Lloyd Austin menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam kecelakaan Raisi. Pernyataan itu ditujukan untuk menepis spekulasi bahwa AS bekerjasama dengan Israel membunuh pemimpin Iran.
"Amerika Serikat tidak ikut campur dalam kecelakaan itu," tegasnya.
Sumber lain dari AS memperkirakan bahwa Iran sepertinya akan fokus pada urusan internal dibandingkan melakukan kebijakan yang terlalu signifikan di kawasan.
"Iran akan terlalu terbebani dengan permasalahan yang ada sehingga tidak bisa melakukan perubahan besar terhadap kebijakan regionalnya," ujarnya.
Sepeninggal Raisi, wakilnya yakni Mohammad Mokhber telah diangkat sebagai pertama Iran, menjabat sebagai pejabat pengganti hingga pemilu baru dapat diadakan.
Sosok Mokhber relatif low profile. Tetapi cukup menarik perhatian pemerintahan Biden atas perannya dalam memasok drone dan rudal ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Pada Oktober 2022, Mokhber adalah salah satu delegasi pejabat senior Iran yang melakukan perjalanan ke Moskow untuk menyelesaikan penjualan drone dan rudal balistik Iran ke Moskow.
BERITA TERKAIT: