Sinyalemen dan peringatan itu disampaikan Kepala NASA Bill Nelson baru-baru ini (Rabu, 17/4).
“Kami percaya bahwa sebagian besar program angkasa luar sipil mereka adalah program militer. Dan menurut saya, pada dasarnya, kita sedang berlomba,” kata Nelson.
“Tiongkok telah membuat kemajuan yang luar biasa, terutama dalam 10 tahun terakhir, namun langkah tersebut sangat, sangat tertutup,” katanya di hadapan anggota Kongres di Capitol Hill dalam oembahasan anggaran NASA untuk tahun fiskal 2025.
Seperti dikutip dari
Independent, NASA berharap dapat kembali mengirim astronot ke bulan melalui misi Artemis 3 yang dijadwalkan pada tahun 2026. Di saat bersamaan, China berencana mendaratkan manusia di permukaan bulan pada tahun 2030.
Bermasalah dengan penundaan pendanaan dan hambatan teknologi, NASA terpaksa melakukan beberapa perubahan jadwal pada misi Artemis dalam beberapa tahun terakhir.
Nelson mendesak agar AS mendarat sebelum Tiongkok.
Jika tiba di Bulan lebih dulu, bukan tidak mungkin Beijing akan mengklaim wilayah tertentu di bulan.
“Tiongkok telah mengeluarkan banyak uang untuk hal ini dan mereka mempunyai banyak ruang dalam anggaran mereka untuk berkembang. Saya pikir sebaiknya kita tidak lengah,” tambah pimpinan NASA itu.
Namun, ia menyatakan keyakinannya bahwa AS tidak akan kehilangan daya saingnya dalam eksplorasi angkasa luar.
Nelson berharap Beijing akan menyadari dan memahami bahwa ruang sipil adalah untuk tujuan damai. Namun ia menambahkan bahwa pendekatan seperti itu belum diperlihatkan Tiongkok.
Ini bukan pertama kalinya pimpinan NASA menyatakan keprihatinannya terhadap misi luar angkasa China.
Dia memperingatkan tahun lalu bahwa ketegangan geopolitik antara AS dan China di Bumi dapat meluas ke Bulan setelah Departemen Pertahanan AS menerbitkan laporan setebal 196 halaman yang menilai potensi perlombaan antariksa kedua.
“China sedang mengembangkan kemampuan canggih berbasis ruang angkasa lainnya, seperti inspeksi dan perbaikan satelit. Setidaknya beberapa dari kemampuan ini juga bisa berfungsi sebagai senjata,” kata laporan itu.
“Memang benar bahwa kita sebaiknya berhati-hati agar mereka tidak sampai ke suatu tempat di Bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan tidak menutup kemungkinan mereka berkata, ‘Ini wilayah kami,” kata Nelson tahun lalu.
BERITA TERKAIT: