WRI ini menjadi yang pertama didirikan oleh tiga diaspora Indonesia, yakni Vini Dharmawan, Gandhi Priambodo, dan William Yosanto.
"Ini mimpi saya sejak masuk di Beijing sekitar 6 tahun lalu. Kita sudah punya rumah budaya di Guangzhou, Shanghai, dan sekarang di ibukota China. Kita punya Warisan Roemah Indonesia,” ujar Dubes Djauhari dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/3).
WRI akan menampilkan sejumlah warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO, antara lain batik, songket, gamelan, keris, wayang serta Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Situs Manusia Purba Sangiran, Sistem Subak Bali, Hutan Hujan Tropis Sumatera, Taman Nasional Lorentz Papua, dan Taman Nasional Ujung Kulon Banten.
“Proyek WRI memiliki visi membangun nilai yang unik, tempat berkumpul memperkenalkan budaya Indonesia dengan fasilitas ramah lingkungan, termasuk di antaranya memperkenalkan kuliner, seni, pariwisata, kesempatan investasi, perdagangan termasuk lokasi untuk melaksanakan workshop dan aktivitas sosial,” ujar Vini Dharmawan.
WRI terdiri dari dua lantai yang kental dekorasi khas Indonesia. Pada lantai satu bangunan tersebut akan menampilkan etalase kerajinan Indonesia seperti wayang, batik, songket dan kerajinan tangan yang berasal dari UMKM binaan Bank Indonesia.
Sedangkan lantai dua berfungsi sebagai tempat pertemuan maupun tempat workshop alat musik tradisional Indonesia seperti gamelan.
Selain itu, WRI akan menyajikan kopi premium, makanan otentik, musik tradisional, gamelan, angklung, serta produk Indonesia berkualitas lainnya yang akan dijual langsung maupun daring.
Selain Dubes Djauhari, pembukaan WRI juga turut dihadiri oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia di Shanghai, Berlianto Situngkir; Konsul Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou, Ben Perkasa Drajat; perwakilan dari ASEAN-China Center (ACC), Youtuber Rudy Chen, Youtuber Nining, pengusaha, WNI maupun masyarakat umum di Beijing dan sekitarnya.
BERITA TERKAIT: