Kementerian Kesehatan Peru mencatat lebih dari 31 ribu kasus DBD selama tujuh minggu pertama tahun ini, lebih besar dua kali lipat dari pada 2023.
Melihat kondisi tersebut, Menteri Kesehatan Cesar Vásquez akhirnya mengumumkan darutat kesehatan di 20 provinsi yang adai di Peru.
“Ini adalah masalah yang serius. Dan hal ini menjadi semakin tidak terkendali," ungkapnya, seperti dikutip dari
Al-Arabiya pada Selasa (27/2).
Dikatakan Vásquez, darurat kesehatan akan memungkinkan pemerintah mentransfer program dan dana lebih cepat ke daerah-daerah terdampak.
"Proyek ini akan mencakup 20 dari 24 provinsi di negara tersebut, termasuk wilayah di sekitar ibu kota Lima," paparnya.
DBD merupakan tantangan kesehatan yang dihadapi warga Peru dalam beberapa tahun terakhir.
Disebabkan oleh nyamuk Aedys Egypti, pasien terjangkit DBD menunjukkan gejala ringan, penyakit ini dapat menyebabkan sakit kepala parah, demam, dan nyeri otot.
Tahun lalu, epidemi demam berdarah di Peru menewaskan 18 orang, sementara dalam dua bulan pertama tahun ini 32 orang Peru meninggal karena virus tersebut.
Desember lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan epidemi DBD di Peru pada tahun 2023 dikaitkan dengan hujan dan suhu panas yang membantu pertumbuhan populasi nyamuk, terutama di bagian utara negara itu.
BERITA TERKAIT: