Dalam sebuah pernyataan, jurubicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pihaknya sangat prihatin mengetahui kabar tersebut, mengingat dampaknya yang sangat berbahaya bagi sipil.
“Kami jelas sangat prihatin dengan penggunaan amunisi pembakar jenis ini, terutama di daerah berpenduduk padat," kata Dujarric, seperti dimuat
Anadolu Agency pada Selasa (12/12).
Menurut laporan
The Washington Post, terdapat sisa-sisa amunisi fosfor yang ditemukan di desa Dheira, sebuah kota Lebanon yang pernah mendapat serangan Israel 16 Oktober lalu.
Berdasarkan kesaksian warga setempat, setelah desanya diserang berjam-jam oleh Israel, kondisi desa itu penuh dengan bubuk putih dan mereka mengalami kesulitan bernapas selama berhari-hari.
Kelompok hak asasi manusia Amnesty International telah menyerukan penyelidikan dan menyebut insiden tersebut sebagai potensi kejahatan perang.
Fosfor putih adalah zat yang mudah terbakar setelah bersentuhan dengan oksigen dan dapat mencapai suhu yang sangat tinggi. Jika terkena kulit, dapat menyebabkan luka bakar parah, kerusakan organ dalam yang mengancam jiwa, dan kerusakan pernapasan.
Meskipun terdapat penggunaan fosfor putih yang sah di medan perang, seperti membuat tabir asap di wilayah yang luas, penggunaannya mungkin melanggar hukum internasional jika dilakukan di wilayah sipil.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: