Rencana evakuasi tersebut diungkap oleh jurubicara WHO Christian Lindmeier dalam konferensi pers di Jenewa pada Selasa (21/11).
Dalam laporannya, Lindmeier menyoroti bagaimana rumah sakit menjadi sasaran pemboman Israel. Bahkan semua rumah sakit di bagian utara tidak berfungsi secara normal. Padahal banyak rumah sakit yang masih menampung pasien yang tidak mampu melarikan diri.
"Hal ini merampas seluruh penduduk wilayah utara dari sarana untuk mendapatkan (perawatan) kesehatan," katanya, seperti dikutip
Reuters.
Untuk itu, ia menyebut evakuasi adalah upaya terakhir untuk menyelamatkan warga Gaza.
“Sejauh ini baru dalam tahap perencanaan, belum ada rincian lebih lanjut,” imbuhnya.
Pada penjelasan yang sama, badan anak-anak PBB (UNICEF) memperingatkan risiko wabah penyakit yang dapat menyebabkan angka kematian anak meningkat Gaza.
“Jika akses anak-anak terhadap air dan sanitasi di Gaza terus dibatasi dan tidak mencukupi, kita akan melihat lonjakan jumlah kematian anak-anak yang tragis, namun sebenarnya bisa dihindari,” kata jurubicara UNICEF James Elder.
Pertempuran dimulai pada 7 Oktober ketika kelompok Palestina yang bermarkas di Gaza, Hamas, menyerang Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.
Serangan balasan Israel kemudian menewaskan lebih dari 13 ribu orang, dengan lebih dari 5.000 di antaranya merupakan anak-anak.
BERITA TERKAIT: