Berbicara di hadapan forum pengusaha di Manila pada Rabu (25/10), Menteri Transportasi Filipina Jaime Bautista mengatakan China tampaknya telah kehilangan minat pada proyek-proyek tersebut,
Kendati begitu, Bautista menekankan, keputusan tersebut tidak dipengaruhi oleh eskalasi terbaru antara Filipina dan China di Laut China Selatan.
Dalam artikelnya di
The Diplomat, jurnalis dan pakar Asia Tenggara Sebastian Strangio mencatat bahwa proyek pertama adalah jalur kereta api senilai 142 miliar peso yang membentang sepanjang 380 kilometer dari Calamba ke Provinsi Bicol.
Proyek kedua adalah jalur kereta komuter sepanjang 100 kilometer di Mindanao, Filipina bagian selatan. Proyek ini senilai 83 miliar peso.
Sementara proyek ketika merupakan jalur kereta barang sepanjang 71 kilometer yang menghubungkan Subic Bay Freeport Zone dan Clark Freeport Zone, yang dulunya merupakan Pangkalan Angkatan Laut Subic Bay dan Pangkalan Udara Clark, dua pusat kekuatan militer Amerika Serikat di Asia-Pasifik. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan 51 miliar peso.
Ketiga proyek kereta ini termasuk dalam pengembangan infrastruktur mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang sebagian besar bergantung pada pendanaan China melalui Belt and Road Initiatives.
Pada Juli 2022, sebulan setelah Presiden Ferdinand Marcos Jr. menjabat, Wakil Menteri Perkeretaapian Cesar Chavez menyatakan bahwa pendanaan untuk proyek-proyek tersebut dianggap dibatalkan karena China telah menginvestasikan studi awal untuk proyek-proyek tersebut tetapi tidak memberikan daftar calon kontraktor potensial.
BERITA TERKAIT: