"Kami memiliki banyak sumber daya alam yang bernilai triliunan dolar, namun sumber daya tersebut belum dimanfaatkan dan masih berada di dalam tanah. Sumber daya ini perlu diekstraksi dan dimanfaatkan. Kami menyambut baik investasi Jepang di berbagai sektor yang mereka minati," kata jurubicara Taliban, Suhail Shaheen.
Mengutip laporan yang dimuat
Nikkei Asia, Rabu (4/10), Taliban berharap agar investasi dalam pengembangan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan itu dapat membantu mengatasi kesulitan negaranya, di tengah situasi ekonomi yang sulit, sanksi Barat, dan tingginya tingkat pengangguran.
Menurut survei yang dilakukan oleh Survei Geologi Amerika Serikat pada tahun 2010, Afghanistan memiliki cadangan mineral senilai 1 triliun dolar (Rp 15.627 triliun) yang belum dieksplorasi.
Pemerintah Afghanistan bahkan mengklaim bahwa nilainya tiga kali lipat dari perkiraan tersebut, dengan cadangan yang mencakup lithium, yang sangat penting untuk baterai kendaraan listrik, serta tembaga, unsur tanah jarang, dan kobalt, yang semuanya memiliki nilai strategis dalam peralihan dari bahan bakar fosil ke energi hijau.
Meskipun pemerintah Jepang sejauh ini belum memberikan tanggapan resmi terkait tawaran tersebut, namun sumber dari kedutaan Jepang di Afghanistan menekankan bahwa stabilitas dan keamanan di Afghanistan menjadi faktor penting yang harus diupayakan lebih dulu, guna menarik minat sektor swasta Jepang untuk berinvestasi di negara itu.
Menanggapi pernyataan itu, jurubicara Taliban menekankan bahwa mereka dapat menjamin keamanan bagi investor Jepang di Afghanistan.
"Keamanan investor adalah tanggung jawab kami. Kami memiliki situasi keamanan yang sangat baik saat ini. Setiap orang, baik warga Afghanistan maupun orang asing, dapat melakukan perjalanan dari satu sudut Afghanistan ke sudut lainnya siang dan malam tanpa rasa takut," tegas Suhail, seraya menambahkan bahwa serangan telah menurun di negaranya.
Tawaran investasi itu datang setelah Taliban menandatangani kontrak pertambangan senilai miliaran dolar dengan mitra China, Iran, dan Turkiye, serta perusahaan lokal.
China, yang telah menjadi investor utama di Afghanistan, bahkan telah menunjuk duta besar baru untuk Kabul, Zhao Xing, pada 13 September lalu, sebagai tanda pentingnya negara tersebut dalam strategi investasi Beijing di kawasan tersebut.
Untuk itu, dalam hal tersebut, Taliban juga berharap Jepang akan berpartisipasi dalam hal yang sama, dengan membantu pembangunan kota besar baru di Kabul dalam investasinya, yang telah direncanakan sejak rezim sebelumnya.
BERITA TERKAIT: