Penyelidikan ini dimulai hampir seminggu setelah kejadian tragis itu terjadi yang telah mengejutkan seluruh dunia.
Meskipun Libya telah terjerumus ke dalam kekacauan politik dan sosial selama satu dekade terakhir,sejak pemberontakan yang didukung NATO untuk menggulingkan Moammar Gadhafi pada 2011 lalu, namun langkah-langkah terbaru akan tetap diambil otoritas Libya untuk mencari keadilan.
Jaksa Agung Libya, al-Sediq al-Sour, dengan tegas menyatakan bahwa penyelidikan akan mencakup penyebab runtuhnya dua bendungan yang dibangun pada 1970-an, serta alokasi dana untuk pemeliharaannya.
Al-Sour juga mengklaim bahwa penyelidikan ini akan melibatkan pemerintah sebelumnya dan otoritas lokal di kota tersebut.
"Saya meyakinkan warga bahwa siapa pun yang melakukan kesalahan atau kelalaian, jaksa pasti akan mengambil tindakan tegas, mengajukan kasus pidana terhadapnya, dan mengirimnya ke pengadilan," ujar al-Sour dalam konferensi pers di Derna, dikutip dari
Ocregister, Minggu (17/9).
Dalam perkembangan lain, sebuah stasiun televisi lokal melaporkan bahwa Wali Kota Derna, Abdel-Moneim al-Gaithi, kini telah diberhentikan dari jabatannya sementara menunggu hasil penyelidikan. Keputusan ini diumumkan oleh pemerintah pada 14 September lalu, dan seorang pejabat pemerintah lokal, Ahmed Amdour, telah ditunjuk sebagai penjabat walikota.
Namun, meskipun langkah ini menunjukkan momen yang jarang terjadi, penyelidikan ini kemungkinan akan dihadapkan pada hambatan besar akibat perpecahan politik antara pemerintah Timur dan Barat Libya yang terpecah.
Penyelidikan itu disebut akan mencakup penyelidikan kepada jajaran kepemimpinan tertinggi di dua wilayah itu, sehingga diprediksi akan mengalami tantangan serius bagi otoritas kehakiman Libya.
Pakar Libya di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies, Jalel Harchaoui, yang berbasis di London, mengatakan bahwa penyelidikan dapat menimbulkan tantangan unik bagi otoritas kehakiman, karena hal ini dapat mengarah pada jajaran kepemimpinan tertinggi di wilayah timur dan Libya barat.
Sementara sejauh ini, menurut catatan Bulan Sabit Merah Libya, lebih dari 10.000 orang masih hilang, dan 11.300 lainnya dipastikan meninggal dunia.
BERITA TERKAIT: