Orang-orang dari berbagai negara dan profesi hadir dalam aksi yang digelar Minggu (10/9), menunjukkan bahwa belas kasih melampaui batas dan latar belakang.
Seperti yang dilakukan Youssef Qornafa, seorang mahasiswa yang mendonorkan darahnya atas kemauan sendiri dan dengan didukung oleh orangtuanya.
“Ayah saya menyarankan saya untuk datang dan mendonorkan darah karena transfusi darah sangat dibutuhkan. Seperti yang Anda lihat, ada solidaritas yang sangat besar di kalangan warga Maroko, dengan banyak orang mengantri di luar di bawah sinar matahari. Sungguh menghangatkan hati menyaksikannya," katanya, seperti dikutip dari
Africa News.
"Bahkan orang asing yang tidak memiliki hubungan langsung dengan bencana telah bergabung dengan kami. Ini adalah hal yang indah,” lanjutnya.
Hal ini terjadi setelah pusat darah regional mengeluarkan seruan mendesak untuk donor darah pada hari sebelumnya, ketika fasilitas medis di Marrakesh melaporkan adanya lonjakan pasien.
Siswa lain bernama Mouad El Bouriali juga melakukan hal yang sama. Ia datang ke pusat donor setelah mendengar seruan dari kampanye donor tentang kebutuhan mendesak akan donor darah.
"Dengan banyaknya korban luka akibat tragedi ini, rasanya penting untuk berada di sana untuk mendukung mereka yang membutuhkan,” katanya.
Para pemain sepak bola nasional juga terlihat di pusat kesehatan di Agadir untuk mendonorkan darahnya.
Maroko dijadwalkan bermain melawan Liberia di Agadir untuk kualifikasi Piala Afrika, tetapi federasi sepak bola lokal menunda pertandingan tersebut tanpa batas waktu.
"Apa yang kami lakukan ini merupakan bagian dari tradisi masyarakat Maroko yang terkenal dengan solidaritasnya," kata Romain Ghanem Saiss, kapten tim nasional sepak bola Maroko yang juga gelandang Al Shaba.
Ia menyampaikan pengharapan untuk para korban dan semua yang terluka agar segera pulih.
"Saya yakin bahwa semua warga Maroko akan memberikan bantuan yang diperlukan kepada para korban gempa, dan saya mendoakan kesabaran bagi keluarga mereka, dan saya berharap kesedihan ini menjadi yang terakhir bagi rakyat Maroko," lanjutnya, menambahkan bahwa apa yang terjadi adalah ujian (dari Tuhan), dan ia yakin Maroko mampu melewati ujian itu.
Gempa bumi Maroko dimulai pada pukul 23:11 hari Jumat, di wilayah Al-Haouz, dengan gelombang kejut di delapan kota setelahnya, yang mengakibatkan kematian lebih dari 2000 orang menurut angka resmi baru-baru ini.
BERITA TERKAIT: