Bahkan, Putin dapat memilih untuk tidak mengadakan pemilihan presiden karena dia "jelas" akan memenangkan pemilihan tersebut dengan 90 persen suara.
Pernyataan Peskov mengundang rumor bahwa sudah tidak ada lagi demokrasi di Rusia, mengutip apa yang ia sampaikan sendiri kepada New York Times pada Minggu (6/8), bahwa "Pemilihan presiden kami sebenarnya bukan demokrasi, ini birokrasi yang mahal. Tuan Putin akan terpilih kembali tahun depan dengan lebih dari 90 persen suara," katanya.
Namun, pada Senin (7/8), Peskov meralat kata-katanya. Mengatakan bahwa wartawan dari The New York Times itu salah mengartikan kata-katanya.
"Tidak, ini benar-benar disalahtafsirkan oleh penulis artikel ini," kata Peskov seperti dikutip dari
TASS.Peskov menekankan bahwa jurnalis tersebut mengajukan pertanyaan kepadanya tentang pemilu di Rusia.
"Dan jawabannya adalah sebagai berikut: bahwa tingkat konsolidasi masyarakat di sekitar presiden benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
Peskov menambahkan bahwa jika dicalonkan, Putin akan "terpilih kembali dengan keuntungan besar".
"Dan pemilihan itu sendiri - secara teoritis - hanyalah pengeluaran yang tidak perlu," katanya, mencatat bahwa pernyataan ini adalah pendapat pribadinya.
Peskov menekankan lagi bahwa Putin bersikeras mengadakan pemilihan, karena ini adalah persyaratan demokrasi.
Dalam wawancara yang sama, Peskov juga mengatakan bahwa saat ini tidak ada alasan untuk membuat perjanjian damai dengan Ukraina.
BERITA TERKAIT: