Pasalnya menara Siraji setinggi 11 meter beserta dengan masjidnya yang dibangun sejak tahun 1727 digusur untuk perluasan jalanan umum guna mengurangi kemacetan.
Mengutip
Reuters pada Senin (17/7), kondisi masjid kuno itu sudah rata dengan tanah, setelah buldoser merobohkan dan melindas habis seluruh bagian dari menara batu bata lumpur berwarna coklat dengan ornamen pirus.
Penduduk Basra, Majed al Husseini yang berdiri di dekat puing-puing masjid mengatakan bahwa bangunan bersejarah itu harusnya dipindahkan bukan dihancurkan.
"Semua orang melestarikan warisan dan sejarah mereka dan di sini mereka menghancurkan sejarah dan warisan kita?," ujarnya mengkritik keputusan Gubernur Basra yang menghancurkan Siraji.
Menteri Kebudayaan Irak, Ahmed al-Badrani mengatakan bahwa dia tidak memberikan izin untuk menghancurkan menara Masjid Siraji.
Dia hanya mengetahui bahwa otoritas barang antik setempat telah setuju dengan gubernur untuk memindahkannya.
Oleh sebab itu, kata al-Badrani, Kementerian akan berusaha merekonstruksi masjid Siraji mirip, mirip dengan apa yang pernah dilakukan terhadap masjid Al-Nuri di Mosul yang diledakkan oleh ISIS pada tahun 2017.
Sementara itu, Gubernur Basra Asaad Al Eidani, membela tindakan penghancuran yang dilakukan olehnya dengan mengatakan bahwa otoritas wakaf Sunni dan barang antik tidak mematuhi perintah karena tidak membongkar dan merelokasi menara meskipun diberi waktu lebih dari satu tahun untuk melakukannya.
Al Eidani berjanji akan membangun masjid baru sebagai penggantinya.
Kepala wakaf Sunni Basra, Mohammed Munla membantah pembelaan Gubernur. Dia mengaku tidak tahu rencana penghancuran tersebut.
"Berdasarkan kesepakatan terakhir, pihak kami justru telah setuju dengan Gubernur untuk memindahkan masjid, bukan menghancurkannya," kata Munla.
Sebagian besar warisan budaya Irak dari era Mesopotamia kuno dan Islamisme telah terdegradasi oleh pengabaian dan konflik bertahun-tahun dengan ISIS.
BERITA TERKAIT: