Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Saat Ketegangan Membara, AS dan China akan Hidupkan Kembali Kerjasama Iklim

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Senin, 17 Juli 2023, 11:43 WIB
Saat Ketegangan Membara, AS dan China akan Hidupkan Kembali Kerjasama Iklim
Ilustrasi/Net
rmol news logo Amerika Serikat (AS) dan China akan berupaya menghidupkan kembali kerjasama mereka untuk memerangi pemanasan global, jelang pembicaraan iklim yang disponsori oleh PBB pada akhir 2023 mendatang.

Dalam kesempatan itu, utusan khusus AS untuk perubahan iklim, John Kerry berkunjung ke China untuk melakukan perundingan bilateral dengan rekannya dari Tiongkok, Xie Zhenhua, mulai 16 hingga 19 Juli.

Pertemuan antar kedua negara ini dikabarkan akan difokuskan pada isu-isu seperti pengurangan emisi metana, pembatasan penggunaan batubara, pengendalian deforestasi, dan dukungan kepada negara-negara miskin dalam menghadapi perubahan iklim.

Mengutip Alarabiya, Minggu (16/7), mengingat pertemuan tersebut digelar di tengah ketegangan antar kedua negara yang terlibat perselisihan perdagangan, ketegangan militer, dan mata-mata, banyak pihak, termasuk Direktur Program AS-Tiongkok di Pusat Kebijakan Energi Global, David Sandalow, yang menyatakan bahwa ia pesimis terhadap pembicaraan tersebut.

“Saya tidak akan mencari terobosan baru tentang iklim dalam pertemuan-pertemuan ini, tetapi harapan saya adalah mereka dapat memulihkan keselarasan dan diplomasi yang normal,” ujarnya.

Sementara, dalam gilirannya, Kerry menyampaikan tujuannya berkunjung ke China adalah untuk membangun stabilitas hubungan bilateral dan meningkatkan kerjasama antara kedua negara terkait perubahan iklim, terlepas dari apapun perselisihan yang sedang mereka alami.

Pasalnya, sebagai dua negara besar penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, Beijing dan Washington sangat diharapkan dapat membuka jalur kolaborasi dalam mengatasi perubahan iklim global ini.

Seperti diketahui, kedua negara itu telah berkontribusi pada negosiasi iklim global di masa lalu, termasuk perjanjian iklim Paris tahun 2015 yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius.

Namun, ketegangan antara AS dan China telah mempengaruhi kerja sama mereka dalam beberapa tahun terakhir, termasuk tarif perdagangan yang diterapkan oleh AS terhadap produk China dan beberapa permasalahan lain yang menyebabkan penurunan hubungan dalam isu perubahan iklim.

Meski demikian, pembicaraan ini diharapkan dapat menghidupkan kembali ikatan dan memperkuat kemitraan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang kompleks dan mendesak.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA