Menurut Royal Children's Hospital Melbourne,
chroming adalah praktik menghirup zat beracun seperti cat metalik,
hairspray, lem, cairan korek api, lem, bensin, produk pembersih, dan sebagainya untuk mendapat sensasi mabuk.
Mengutip
Nine News pada Senin (19/6), anak itu mengalami sesak napas di samping dua temannya yang juga mencoba
chroming challenge di halte bus di Jalan Tasman Hamilton, Selandia Baru.
Korban berlari menyeberang jalan untuk mencari pertolongan dengan nafas yang terengah-engah.
Warga sekitar dan dan ambulans datang memberikan bantuan, namun dia tewas di tempat, sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Kepolisian yang menyelidiki kasus tersebut mengonfirmasi penyebab kematian adalah murni karena deodoran semprot yang dihirup.
"Tidak ada keadaan yang mencurigakan, korban meninggal karena mabuk deodoran semprot," ujar jurubicara kepolisian.
Pernyataan kepolisian diperkuat dengan pernyataan seorang pemilik bisnis laundry Hamilton Laundromat, Sam Sheikh yang melaporkan banyaknya anak muda berkeliaran di depan tokonya untuk melakukan
chroming challenge sejak awal tahun.
Ia menunjukkan video CCTV di mana beberapa anak muda terlihat menghirup zat dari kaleng deodoran semprot.
Sam mengaku kerap mengusir pemuda yang mabuk deodoran tersebut karena berusaha masuk ke dalam tokonya.
"Ketika mereka sudah
fly, merka akan pingsan, memuntahkan darah dan berusaha masuk ke ruang mesin suci yang memiliki tegangan listrik tinggi," jelasnya.
April lalu, seorang gadis Australia berusia 13 tahun, bernama Esra Haynes meninggal dunia karena serangan jantung yang didapat akibat menghirup deodoran.
Sebelum meninggal, Haynes sempat dirawat selama seminggu di rumah sakit.
BERITA TERKAIT: