Data yang dihimpun Universitas Boston menunjukkan, China telah menggelontorkan hampir 160 miliar dolar AS ke negara-negara Afrika, terhitung dari tahun 2000 hingga 2020.
Kenya sendiri mendapat pinjaman lebih dari 9 miliar dolar AS. Itu digunakan untuk mendanai proyek jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya. Alhasil, Beijing menjadi kreditor bilateral terbesar bagi Kenya.
Dalam dua dekade terakhir, pengaruh China di Afrika, termasuk Kenya, semakin besar. Banyak ahli menilai strategi China di Afrika berbahaya.
"Tiongkok menawarkan pinjaman untuk proyek infrastruktur yang mahal dan ketika suatu negara tidak dapat membayar kembali pinjamannya, Tiongkok mengambil alih aset strategisnya," ujar Anna Borshchevskaya dari Institut Washington.
Menurut Paul Nantulya dari Pusat Studi Strategis Afrika, satu dari tiga proyek infrastruktur besar di Afrika dibangun oleh perusahaan milik negara China, satu dari lima dibiayai oleh bank institusional China.
Badan-badan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa banyak dari negara-negara termiskin di Afrika sedang menghadapi utang berlebih atau gagal bayar. Peringatan ini disampaikan pada Konferensi PBB tentang negara-negara kurang berkembang yang diselenggarakan di Qatar pada awal Maret 2023.
Di Kenya, China terlibat dalam pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan kota Mombasa dengan Rift Valley, dengan biaya 5 miliar dolar AS, dengan China membiayai 90 persen proyek tersebut.
Saat ini Kenya merasakan beban utang yang luas biasa lantaran banyak proyek yang dibiayai pinjaman China belum menghasilkan pendapatan yang cukup.
Secara keseluruhan, China memiliki 72 persen utang luar negeri Kenya yang hampir mencapai 40 miliar dolar pada akhir tahun 2022.
Auditor Jenderal Kenya telah memperingatkan bahwa negara tersebut berisiko kehilangan kendali atas Pelabuhan Mombasa jika gagal membayar pinjaman dari Bank EXIM China. Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa ancaman ini tidak pernah nyata karena pelabuhan bukanlah jaminan atas pinjaman tersebut.
BERITA TERKAIT: