Juru bicara Angkatan Udara Thailand, Prapas Sornchaidee mengatakan permintaan itu ditolak karena Bangkok tidak memenuhi syarat dan kompatibilitas pemeliharaan.
"AS khawatir Thailand tidak siap untuk menangani jet canggih. Sebab F-35 membutuhkan perawatan dan operasi paling modern untuk memaksimalkan kemampuannya," ungkap Sornchaidee seperti dimuat
The Defense Post pada Senin (29/5).
Oleh sebab itu, Sornchaidee mendorong pemerintah untuk segera memperkuat kapasitas Angkatan Udara Thailand, sehingga AS tidak akan ragu menjual alat canggihnya ke negara Asia itu.
"Kita harus berinvestasi dalam infrastruktur dasar, pelatihan, dan langkah-langkah keamanan yang dibutuhkan AS,” ujarnya.
Dikatakan Sornchaidee, Thailand telah mengalokasikan 13,8 miliar baht atau Rp 5,9 triliun untuk mendapat jet tercanggih yang dimiliki AS tersebut.
"Thailand harus segera mengganti armada tua yang terdiri dari 80 pesawat tempur generasi keempat. Beberapa akan dipensiunkan 10 tahun ke depan," tutur Sornchaidee.
Pesawat tempur F-35 adalah barang ekspor sensitif yang hanya dijual kepada sekutu terdekat AS.
Di Indo-Pasifik, hanya Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura yang diizinkan mengoperasikan pesawat perang tersebut.
Meski menolak permintaan Thailand untuk F-35, AS menawarkan produk jet tempur lain yang bisa dibeli seperti pesawat tempur F-16 Block 70 dan F-15 Eagle ke Royal Thai Air Force.
AS berjanji akan mengirimkan jet dengan cepat jika Thailand setuju membeli salah satu dari pesawat tempur generasi keempat tersebut.
Wakil Direktur di Universitas Thammasat Bangkok, Dulyapak Preecharush mengatakan pembelian pesawat yang gagal itu disinyalir memiliki kaitan dengan hubungan Thailand yang dekat dengan China.
"AS bagaimana pun, ekstra hati-hati karena negara Asia itu mungkin condong ke Beijing jika hubungan mereka membeku," jelas Preecharush.
China saat ini mengoperasikan pesawat tempur siluman J-35, pesaing yang hampir setara dengan F-35 Amerika.
BERITA TERKAIT: