Insiden tersebut terjadi pada Senin (6/3). Ketika itu sekelompok orang yang diduga aktivis IJT membawa pentungan dan memukuli mereka hingga kabur. Padahal, Sekretaris Jenderal Dewan Sindh Kashif Brohi mengatakan para mahasiswa telah memperoleh izin resmi dari universitas.
"Anggota Dewan Sindh dan komunitas Hindu berkumpul di luar Kampus Hukum PU untuk merayakan Holi ketika para aktivis IJT yang membawa senjata dan pentungan menyerang mereka," kata Brohi seperti dimuat
Dawn.
Bahkan sebelum perayaan, kata Brohi, mereka sudah mendapat ancaman dari aktivis IJT, tak lama setelah para siswa memposting undangan untuk perayaan Holi di halaman Facebook mereka.
Korban luka akibat serangan IJT, disebut Brohi, mencapai 15 mahasiswa. Ia menjelaskan, setelah penyerangan itu para mahasiswa kemudian berkumpul untuk memprotes di luar kantor wakil rektor.
Tetapi, lagi-lagi aksi protes damai mereka dicegah oleh satpam universitas yang membawa alat pukul dan menggiring mereka masuk ke dalam van.
Menurut paparan Brohi, surat tuntutan untuk aktivis IJT dan satpam telah diajukan ke pihak kepolisian.
Namun, juru bicara IJT Ibrahim Shahid mengaku tidak pernah menghentikan anggota komunitas Hindu merayakan Holi. Dia menuduh penyerang mungkin menggunakan nama mereka tetapi IJT tidak akan melakukannya.
Shahid juga memiliki alibi, karena selama kejadian, IJT sedang mengadakan Dars-i-Quran di kampus, sehingga tidak hadir di lokasi.
BERITA TERKAIT: