Jurubicara Taliban untuk Kementerian Penanggulangan Bencana Alam, Shafiullah Rahimi pada Kamis (19/1), menyebut telah ada 78 orang tewas akibat hipotermia sejak 10 Januari lalu.
Ia menambahkan 77 ribu hewan ternak juga mati di tengah musim dingin terburuk yang tercatat dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Menurut
The Washington Post, kematian akibat suhu dingin yang dilaporkan telah tercatat di delapan wilayah dari 34 provinsi di Afghanistan.
Penurunan suhu drastis yang mencapai minus 34 derajat celcius tersebut terjadi di tengah krisis ekonomi dan kemanusiaan yang melanda negara di Asia Selatan itu.
Krisis semakin diperparah karena banyak kelompok bantuan yang menghentikan sementara program kemanusiaanya karena kekurangan staf perempuan akibat pembatasan Taliban.
Kepala Pusat Operasi Keadaan Darurat Kementerian Penanggulangan Bencana, Abdullah Ahmadi mendesak bantuan diberikan, sebab cuaca ekstrem akan semakin membahayakan warganya.
“Cuaca akan semakin dingin dalam beberapa hari ke depan, oleh karena itu bantuan kemanusiaan untuk korban bencana perlu dipertimbangkan,†ujarnya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan dukungan musim dingin kepada keluarga, termasuk pemanas, uang tunai untuk bahan bakar dan pakaian hangat.
Tetapi, distribusi secara menyeluruh masih sangat terhambat akibat larangan Taliban untuk melibatkan perempuan sebagai pekerja bantuan kemanusian.
BERITA TERKAIT: