Pemerintah J&K akan mengalokasikan dana hingga 91 kror rupee atau Rp 168 miliar untuk merevitalisasi produksi sutera dengan melibatkan teknologi canggih di dalam prosesnya.
Direktur Serikultur J&K, Manzoor Qadri, mengatakan proyek itu akan memungkinan para petani menanam satu juta tanaman murbei sebagai pakan ulat.
Bahan pakan ulat lainnya seperti cacing chawki akan diperbanyak dengan membangun 100 pusat pemeliharaan chawki baru.
Langkah-langkah itu, disebutnya akan membantu meningkatkan produksi benih ulat sutera dari 800 ribu menjadi 1,6 juta.
Sehingga, kata Qadri, hasil kokon, atau bahan pembuatan benang sutera juga ikut meningkat dari 700 MT menjadi 1350 MT.
Qadri sangat yakin proyek ini akan memberi lapangan kerja bagi 7000 petani ulat sutera baru dan pengembangan keterampilan 15000 petani yang ada.
Asisten Profesor SKUAST-Kashmir Firdose Ahmad Malik yang ikut menyusun proyek tersebut mengatakan Dukungan pemasaran dan nilai tambah juga diciptakan melalui pendirian perusahaan bernilai tinggi berupa Automatic Reeling Machine (ARM).
Firdose menyebut mesin canggih yang disediakan akan mendukung petani dalam memproduksi sutra berkualitas internasional dengan harga yang lebih baik.
Serikultur atau produksi sutera memiliki sejarah dan pasar yang telah lama berdiri, baik lokal maupun asing, di Jammu dan Kashmir.
Wilayah ini terkenal dengan sutra bivoltin berkualitas tinggi dan berpotensi menjadi pusat penghasil sutra utama di negara ini.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, industri ini telah menghadapi tantangan untuk mengembangkan dan modernisasi produksinya agar dapat bersaing dengan produk di luar negeri.
Kurangnya akses ke teknologi modern dan banyaknya petani yang masih menggunakan metode produksi sutera tradisional, membuat hasil produksi lebih sedikit dan kualitas standar.
BERITA TERKAIT: