Selama pertemuannya dengan Penasihat Departemen Luar Negeri AS Derek Chollet, Vucic mengatakan konflik Serbia-Kosovo makin berlarut-larut dengan situasi yang lebih sulit, karena negara-negara besar mengakui kemerdekaan Kosovo.
“Ini situasi yang sulit bagi kami, semua kekuatan besar telah mengakui kemerdekaan Kosovo," kata Vucic serata menambahkan ia sebenarnya tidak terkejut dengan kenyataan itu.
Vucic menegaskan sikap Beograd yang tidak akan berubah; memandang Kosovo sebagai wilayah yang memisahkan diri dari Serbia, meskipun Pristina telah mendapat pengakuan dari beberapa negara termasuk AS dan sekutunya.
Menurut Vucic, Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti tanpa henti berusaha menggambarkan dirinya sebagai korban agresi Serbia yang merebut perbatasannya. Bahkan, Vucic menyebut pemimpin Kosovo itu tidak jauh berbeda dengan Presiden Ukraina Volodymir Zelensky: sama-sama berperan sebagai korban.
“Perbatasan tidak ditentukan oleh Kurti, tetapi oleh hukum internasional. Ini adalah salah satu pesan putus asa di mana dia mencoba menampilkan dirinya sebagai korban, sebagai 'Zelensky baru'," tandas Vucic di hadapan Chollet, "dan saya sebagai putin kecil," tambahnya.
Serbia dan Kosovo berselisih hampir sepanjang tahun 2022 atas rencana Pristina untuk melarang pelat nomor yang dikeluarkan Beograd di yurisdiksinya, sebuah Iminisiatif kontroversial yang memicu ketegangan berulang antara etnis Serbia dan etnis Albania di wilayah tersebut.
Unit polisi bersenjata berat Kosovo dikerahkan ke daerah berpenduduk Serbia, mendorong penduduk setempat untuk melakukan protes dan mendirikan barikade sebagai tanggapan.
Ketegangan itu kembali terjadi tahun ini, pemicunya dua pemuda Serbia terluka dalam penembakan di dekat kota Strpce saat keduanya sedang berjalan dan membawa ranting pohon ek tradisional sebagai bagian dari perayaan Natal Ortodoks.
BERITA TERKAIT: