Penolakan keras kini muncul dari mahasiswa laki-laki yang melakukan protes dan ancaman berhenti kuliah pada Minggu (25/12).
Seorang peserta dalam unjuk rasa tersebut, Muzamel, mengatakan dirinya (sebagai laki-laki) tidak akan melanjutkan pendidikan di Universitas, jika Taliban bersikukuh menerapkan larangan tersebut.
"Kami akan melanjutkan boikot kami dan jika kelas perempuan tidak dibuka kembali, kami juga akan memboikot pelajaran kami dan tidak akan melanjutkan pendidikan," tegasnya seperti dimuat
Times of India.
Bernada sama, mahasiswa laki-laki lainnya yakni Nawidullah juga akan berhenti kuliah sama seperti rekan perempuannya yang tidak bisa ke Universitas.
"Universitas ditutup untuk saudara perempuan kami. Kami juga tidak mau kuliah,†ujar Nawidullah.
Kesempatan yang ditutup untuk dua saudara perempuannya, mendorong mahasiswa lain yakni Mohebullah akan ikut berhenti dari pendidikannya.
"Dua saudara perempuan saya juga sedang menempuh pendidikan tinggi, tetapi karena penutupan institusi, saya tidak akan melanjutkan juga," jelasnya.
Selain para mahasiswa laki-laki, para dosen juga sangat menyayangkan adanya aturan tersebut dan meminta pemerintah segera mengambil tindakan.
“Kami meminta Imarah Islam membuka kembali universitas untuk saudari-saudari kami,†ujar seorang dosen Universitas, Tawfiqullah.
Awal Desember, Kementerian Pendidikan menutup universitas untuk perempuan. Sebuah keputusan yang mengundang banyak kritik dan kecaman global.
Pembatasan bagi perempuan semakin menjadi-jadi sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus tahun lalu.
Sejak itu, sekolah menengah untuk anak perempuan ditutup, perempuan yang bekerja di pemerintahan dipecat dan digantikan dengan saudara laki-laki mereka di rumah, bahkan mereka juga dilarang pergi ke taman, pusat kebugaran hingga pemandian umum.
BERITA TERKAIT: