Melalui cuitannya di twitter, badan pengungsi PBB di Afghanistan berkomitmen untuk bergerak cepat dalam membangun seribu rumah sebelum musim dingin dan salju tebal memenuhi wilayah terpencil itu.
“UNHCR Afghanistan bergerak cepat untuk menyediakan 1000 rumah tahan gempa kepada lebih dari 8000 orang di Distrik Barmal sebelum salju mengisolasi daerah terpencil itu," tulisnya seperti dimuat
ANI News pada Jumat (4/11).
UNHCR menegaskan jika Rumah-rumah itu selesai dibangun, maka akan langsung diserahkan kepada para korban gempa.
Pada Agustus lalu, badan PBB itu juga sempat mengumumkan dimulainya pembangunan 2.300 rumah anti gempa dengan biaya konstruksi sebesar 14 juta dolar AS atau setara dengan Rp 219 miliar untuk membantu penduduk Afghanistan Tenggara akibat gempa bumi mematikan pada 22 Juni.
Berdasarkan rancangan pembangunan tersebut, UNHCR akan menyediakan bahan dan biaya bangunan pendukung untuk pembangunan 2.000 rumah musim dingin di distrik Giyan dan Barmal di Provinsi Paktika dan 300 rumah di Distrik Spera di Provinsi Khost.
Selain bahan bangunan, warga yang berpartisipasi dalam proyek itu akan menerima 700 dolar AS atau setara dengan Rp 10 miliar sebagai upah.
Selama beberapa minggu terakhir, tim UNHCR telah bertemu dengan masyarakat untuk mempresentasikan proyek, mengidentifikasi keluarga yang terkena dampak terburuk, dan mengatur kelompok masyarakat untuk menerapkan skema berbasis masyarakat.
Afghanistan telah dilanda konflik politik dan bencana alam yang menyebabkan jutaan orang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan sepanjang empat dekade terakhir.
Akibat kondisi negara yang tidak stabil tersebut, sekitar 24 juta warga Afghanistan atau lebih dari setengah populasinya sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Negara itu mengalami krisis kemanusiaan paling kompleks di seluruh dunia dengan sekitar 3,4 juta orang terlantar akibat konflik di Afghanistan, serta 1,57 juta orang terlantar akibat bencana iklim.
BERITA TERKAIT: