Bencana Itaewon Jadi Pukulan Besar Bagi Korsel, Siapa yang Harus Disalahkan?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Senin, 31 Oktober 2022, 09:04 WIB
Bencana Itaewon Jadi Pukulan Besar Bagi Korsel, Siapa yang Harus Disalahkan?
Mayat korban kerumunan Itaewon berjejer untuk diidentifikasi/Net
rmol news logo Tragedi kerumunan di Itaewon yang menewaskan 153 orang dan 82 lainnya terluka, telah menjadi guncangan besar bagi Korea Selatan di tengah perayaan Halloween yang baru digelar setelah tiga tahun pandemi.

Muncul banyak pertanyaan terkait dengan bagaimana kontrol keamanan dan manajemen massa yang dilakukan oleh pemerintah Seol sejauh ini hingga tidak bisa menangani 100.000 massa yang bergerombol di gang sempit.

Dikutip dari The Korea Herald pada Minggu (30/10), gang sempit yang menghubungkan Exit 1 Stasiun Itaewon dengan World Food Street di belakang Hotel Hamilton hanya memiliki panjang 45 meter dan lebar empat meter yang menurun ke bawah menuju jalan utama dan stasiun.

Melihat banyaknya jumlah korban jiwa yang terus meningkat sejak waktu kejadian, muncul kritikan bahwa mungkin saja bencana Itaewon tidak terjadi dan dapat dicegah jika pemerintah mengerahkan lebih banyak petugas.

Menteri Dalam Negeri Korsel Lee Sang-min mengklaim tragedi itu tidak dapat dicegah walaupun telah mengerahkan lebih banyak petugas polisi.

"Ini bukan pertemuan dalam jumlah besar yang menimbulkan kekhawatiran khusus. Jumlah massa pada pertemuan itu tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Lee  dalam press briefingnya.

"Ini sepertinya bukan insiden yang bisa dicegah dengan mengerahkan lebih banyak petugas polisi atau petugas pemadam kebakaran di tempat kejadian," tambahnya.

Lee menyebut bahwa pihaknya telah mengerahkan sejumlah besar polisi di Gwanghwamun karena beberapa protes.

Sejalan dengan Lee, para peneliti juga mengatakan jika itu bukan sesuatu yang dapat dicegah, terlebih karena acara itu diadakan tanpa penyelenggara, sehingga tidak ada yang dapat dimintai pertanggungjawaban.

 "(Untuk jenis acara lainnya) penyelenggara dapat dihukum berdasarkan hukum (karena salah urus), tetapi sulit bagi seseorang untuk menyalahkan acara tersebut karena ini adalah acara sukarela tanpa penyelenggara," kata Profesor di Departemen Administrasi Polisi dan Pemadam Kebakaran di Universitas U1,Yeom Gun-woong.

Yeom menambahkan jika petugas juga tidak bisa dengan cepat mencapai tempat kejadian karena jalanan Korea Selatan tengah macet akibat banyaknya warga yang keluar rumah untuk merayakan Halloween.

"Jelas Kendaraan darurat dan petugas penyelamat tidak dapat dengan mudah mendekati lokasi karena kemacetan lalu lintas dan keramaian. Meskipun tragedi itu terjadi hanya 100 meter dari stasiun pemadam kebakaran terdekat. Dengan hampir 300 korban, tetap tidak ada cukup orang untuk mengatasi tragedi itu," jelasnya.

Profesor dari Departemen Kebakaran dan Bencana di Universitas Seoul, Lee Young-ju mengatakan jika ada penyelenggara acara resmi dalam kerumunan tersebut, maka diwajibkan merencanakan keamanan mereka.

“Acara kabupaten yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga lokal harus memiliki rencana dan tindakan keselamatan jika lebih dari 1.000 orang diharapkan untuk berpartisipasi.  Tapi ini adalah acara distrik tanpa penyelenggara khusus, tidak memiliki fungsi kontrol keamanan,” ungkapnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA