Hal itu ditawarkan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (3/9).
Mengutip pernyataan kantor Kepresidenan Turki,
Ahval News, mengatakan Erdogan dapat memainkan peran fasilitator bagi kedua belah pihak.
Sejak Maret, beberapa pekan setelah meluncurkan invasi ke Ukraina, Rusia telah menduduki PLTN Zaporizhzhia, yang merupakan PLTN terbesar di Eropa.
Tetapi penembakan di sekitar fasilitas itu baru-baru ini meningkat, memicu kekhawatiran baru akan krisis nuklir internasional.
Bulan lalu, setelah pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Lviv, Erdogan memperingatkan bahaya bencana Chernobyl lain yang dapat meletus di pabrik Zaporizhzhia.
“Kami khawatir. Kami tidak menginginkan (bencana) Chernobyl (terjadi) lagi,†kata Erdogan ketika itu.
Pada Juni, Turki berhasil menengahi kesepakatan antara Moskow dan Kyiv untuk pelepasan sekitar 22 juta ton gandum dan tanaman lainnya dari Ukraina untuk diekspor. Ini menjadi ekspor pertama sejak berbulan-bulan perang yang mengancam krisis pangan global.
BERITA TERKAIT: