Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Nafi Takoor, pada Senin (1/8) mengatakan bahwa sebuah roket menghantam sebuah tempat tinggal kosong di daerah Sherpor kota Kabul. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, katanya.
"Roket menghantam sebuah rumah di kawasan Sherpor Kabul pagi ini sekitar pukul 06.00 WIB di PD10 Kabul. Rumah tersebut dalam keadaan kosong, sehingga roket tersebut tidak menimbulkan korban jiwa," katanya.
Tapi Rahmatullah Nabil, mantan kepala Direktorat Keamanan Nasional (NDS), mengatakan di halaman Twitter-nya bahwa sebuah pesawat tak berawak AS menyerang tempat perlindungan ISIS di Kabul pada Minggu pagi.
“Menurut artikel Perjanjian Doha, AS mendukung Taliban dalam perjuangan mereka melawan ISIS-K. Sumber mengatakan bahwa pesawat tak berawak Amerika terlihat di wilayah udara Kabul dan menargetkan beberapa wilayah kota. Mereka mungkin menargetkan rumah persembunyian ISIS," cuitnya di Twitter.
Penduduk Kabul mengatakan mereka mendengar beberapa ledakan di kota Kabul.
“Pagi-pagi saya mau kuliah, saya mendengar dua ledakan satu demi satu,†kata Ahmad Milad, seorang warga Kabul kepada TOLOnews.
“Saya mendengar suara ledakan di pagi hari, dan saya sangat kecewa. Saya meminta Imarah Islam untuk membawa kedamaian dan ketenangan bagi rakyat kami,†kata Raz Mohammad, warga Kabul lainnya kepada TOLOnews.
Sementara itu, beberapa wartawan mengkritik lembaga keamanan dan mengatakan bahwa wartawan tidak diperbolehkan meliput acara keamanan.
“Sayangnya, ketika terjadi insiden, aparat keamanan Imarah Islam tidak mengizinkan jurnalis memasuki lokasi kejadian,†kata Mustafa Shahryar, seorang jurnalis.
Ini terjadi karena pada hari Jumat sebuah ledakan menargetkan Stadion Kriket Internasional Kabul di tengah turnamen nasional Shapagiza yang sedang berlangsung.
Pejabat keamanan mengkonfirmasi dua kematian dan dua belas luka-luka dari insiden itu.
Serangan di Afghanistan telah meningkat sejak Taliban mengambil alih negara itu. Bahkan, Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), awal bulan ini, merilis laporan yang menguraikan situasi hak asasi manusia di Afghanistan selama 10 bulan sejak pengambilalihan Taliban.
BERITA TERKAIT: