Memahami Operasi Denazifikasi Putin, Benarkah Nazi Bangkit di Ukraina atau Sekadar Propaganda?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 04 Maret 2022, 14:53 WIB
Memahami Operasi Denazifikasi Putin, Benarkah Nazi Bangkit di Ukraina atau Sekadar Propaganda?
CEO Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat/Net
rmol news logo Demiliterisasi dan denazifikasi disebut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai alasan untuk meluncurkan Operasi Militer Khusus di Ukraina pada 24 Februari lalu.

Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada Kamis (3/3), Putin mengatakan pasukan Rusia tengah memerangi neo-Nazi yang berkembang pesat di Ukraina.

CEO Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat menilai, pandangan Putin terhadap berkembangnya ideologi Nazi-Fasis di Ukraina didasarkan pada kebijakan-kebijakan pemerintah di Kiev sejak 2014 hingga saat ini yang dinilai selalu mendiskriminasi minoritas dan mengagungkan mayoritas

"Tuduhan tersebut bukan tanpa alasan. Rusia mencatat bagaimana Presiden Ukraina saat ini, (Volodymyr) Zelensky mengeluarkan kebijakan melarang penggunaan Bahasa Rusia, menutup sekolah-sekolah yang berbahasa Rusia, dan menempatkan suku-suku Rusia sebagai suku bandit yang ingin merdeka dan berbuat keonaran disintegrasi bangsa seperti di Donetsk dan Luhansk," jelasnya dalam keterangan yang diterima redaksi pada Jumat (4/3).

Menurut Putin, lanjut Achmad, suku Rus menghadapi ancaman genosida dari pemerintah Ukraina, baik secara budaya maupun militer, sejak delapan tahun lalu.

Kendati begitu, Achmad juga menyoroti pandangan berbeda dari Ukraina dan media Barat.

Media Barat kerap mengesampingkan, bahkan menganggap tidak mungkin jika Nazi dan neo-Nazi mempengaruhi kebijakan pemerintahan Zelensky.

Itu lantaran Zelensky adalah presiden Yahudi pertama di Ukraina. Terlebih kakeknya merupakan korban genosida Nazi, yang sudah ia akui ketika kampanye pilpres.

Di samping itu, Zelensky memiliki kedekatan dengan Israel. Bahkan negara yang berusaha menengahi konflik Rusia dan Ukraina adalah Israel.

"Logika yang dibangun Ukraina adalah tidak mungkin seseorang presiden keturunan Yahudi malah mengembangkan Nazi, musuhnya, di negaranya. Tuduhan tersebut mengada-mengada menurut Ukraina," lanjut Achmad.

Meski demikian, Achmad menuturkan, gerakan Nazi tampak diganderungi oleh anak-anak muda di Ukraina.

Hal itu terlihat dari berkibarnya lambang tentara elit ZZ Nazi saat demo besar-besaran menentang Presiden Viktor Yanukovych paada tahun 2014. Bahkan pengamen-pengamen jalanan di Ukraina menyanyikan Mars Nazi.

Isu kebangkitan Nazi yang kalah dalam Perang Dunia II sendiri cukup menjadi pertanyaan. Banyak pihak menilai isu tersebut sekadar propaganda.

Achmad sendiri menyebut, setiap pihak dalam perang selalu memiliki alat propaganda untuk membenarkan tindakannya.

Dalam hal ini, dunia perlu mengamati manakah argumentasi benar, di samping mengambil tindakan cepat untuk menghentikan pertumpahan darah.

"Sayangnya dunia tidak punya asa yang kuat karena ada hak veto dalam sistem PBB yang menyebabkan PBB ... gagal melindungi pertumpahan darah anak manusia. Sungguh tragis!" tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA