Sejumlah perempuan itu meneriakkan slogan-slogan seperti, "Jangan mempolitisasi pendidikan!".
Taliban menanggapi protes itu dengan kekerasan untuk membubarkan paksa kelompok pengunjuk rasa itu.
Aksi unjuk rasa para perempuan itu bukan tanpa alasan. Setelah menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional di Kabul pada pertengahan Agustus, Taliban mengklaim akan menunjukkan sikap yang lebih moderat daripada selama pemerintahan brutalnya dari tahun 1996 hingga 2001, ketika anak perempuan tidak diizinkan bersekolah dan perempuan dilarang bekerja, pendidikan, dan olahraga.
Namun, janji itu sejauh ini hanya manis di bibir. PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam janji-janji Taliban yang "dilanggar" untuk mengizinkan perempuan bekerja dan anak perempuan memiliki akses ke semua tingkat pendidikan. Faktanya, tidak semua perempuan Afghanistan yang bisa memiliki akses itu.
Sejauh ini, hanya anak-anak perempuan di lima dari 34 provinsi Afghanistan yang diizinkan bersekolah di sekolah menengah, dan sebagian besar perempuan diperintahkan untuk tidak kembali bekerja.
BERITA TERKAIT: