Surat tertanggal Kamis (30/9) itu dibuat oleh Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) Jan Egeland, dan diunggah di akun Twitter-nya.
Setelah menjalankan misi di Afghanistan, Egeland menyebut kondisi masyarakat di sana dalam situasi yang sangat buruk. Nasib sekitar 40 juta warga sipil di Afghanistan terkatung-katung ketika komunitas internasional meninggalkan negara itu. Bahkan ratusan ribu pekerja sektor publik tidak mendapatkan gaji mereka sejak Mei.
"Selama menjalankan misi, saya bertemu dengan guru, tenaga kesehatan, pekerja sipil, yang mereka sulit bertahan untuk menghidupi keluarga. Sebelumnya, mereka semua digaji dengan pendanaan dari Bank Dunia," ungkap Egeland.
Rendahnya kepercayaan antara para donor asing dengan pemerintahan baru Taliban memang menjadi hambatan. Namun ia mengatakan, ada mekanisme Trust Funds yang dipimpin oleh PBB agar warga Afghanistan bisa mendapatkan manfaat dari bantuan internasional.
"Kedaruratan situasi ini tidak dapat diungkapkan. Musim dingin yang keras hanya tinggal beberapa pekan lagi, ... (warga Afghanistan) yang tak terhitung jumlahnya bisa meninggal kecuali penyaluran pipa bantuan internasional yang besar, yang saat ini hampir membeku, dilanjutkan," tulisnya.
Ia mengatakan, PBB, organisasi internasional non-non pemerintahan, hingga Palang Merah Internasional sudah menyatakan kesediaan melanjutkan operasi mereka di Afghanistan. Mereka juga telah melakukan komunikasi yang intensif dengan pihak terkait di Afghanistan.
"Tapi kami tidak menerima pendanaan yang dijanjikan atau pendanaan yang saat ini dibekukan sementara," tambahnya.
"Tidak banyak waktu yang tersisa hingga keruntuhan terjadi dan memakan banyak nyawa," tutupnya memperingatkan.
BERITA TERKAIT: