Hal itu diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul dalam sebuah pernyataan pada Senin (21/6) waktu setempat.
Empat jenis ganja yang dimaksud adalah ST1, TT1, UUA1 dan RD1.
Food and Drug Administration (FDA) Thailand sendiri telah mengijinkan Lembaga Penelitian Tanaman Obat di bawah Departemen Ilmu Kedokteran untuk menanam varietas ganja setelah banyak bagian dari tanaman tersebut didekriminalisasi tahun lalu.
"Pendaftaran strain saat ini sedang menunggu sertifikasi oleh Departemen Pertanian, mengatakan proses diharapkan selesai pada bulan Agustus," kata Anutin, seperti dikutip dari Bangkok Post, Selasa (22/6).
Setiap varietas mengandung rasio zat psikoaktif tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiols (CBD) yang berbeda, yang diketahui memiliki manfaat medis.
"Penelitian tentang manfaat dan kegunaan galur tersebut akan dilakukan oleh departemen tersebut, bersama dengan Universitas Teknologi Rajamangala Kampus Isan Sakonnakhon dan Kampus Universitas Kasetsart Chalermphrakiat Sakon Nakhon," kata Menkes.
“Ini akan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi negara, serta meningkatkan potensi petani untuk bersaing di pasar global, yang akan membantu mengurangi defisit perdagangan dengan negara lain,†ujarnya.
Selain pendaftaran Warisan Nasional, Anutin mengatakan Departemen Ilmu Kedokteran menemukan bahwa akar ganja dapat membantu memulihkan fungsi paru-paru yang telah rusak akibat infeksi Covid-19.
Anutin menyampaikan bahwa dia sepenuhnya mendukung penelitian tentang masalah ini, dengan mengatakan itu akan menjadi keuntungan besar bagi para profesional medis Thailand jika mereka dapat menawarkan perawatan berbasis ganja untuk pasien yang didiagnosis dengan Covid-19.
BERITA TERKAIT: