Lord Mountbatten, yang merupakan sepupu kedua Ratu, tewas pada Agustus 1979 ketika sebuah bom yang ditanam di atas kapal pesiarnya meledak di Pelabuhan Mullaghmore di Irlandia. Dia meninggal karena luka-lukanya bersama dengan cucunya yang berusia 14 tahun, Nicholas Knatchbull dan anggota kru kapal, Paul Maxwell (15).
Penyesalan tersebut disampaikan McDonald dalam sebuah wawancara bersama Times Radio, tak lama setelah pemakaman Pangeran Philip berlangsung pada Sabtu (17/4) waktu setempat.
"Saya menyesal itu terjadi. Tentu saja, itu memilukan," kata McDonald, seperti dikutip dari
9News, Senin (19/4).
“(Itu) tugas saya, dan saya pikir Pangeran Charles dan yang lainnya akan sangat menghargai ini," katanya.
Kematian Lord Mountbatten - diberi label ‘eksekusi’ oleh kepemimpinan IRA - terjadi di puncak konflik berdarah Irlandia Utara, yang dikenal sebagai Troubles. Selama Perang Dunia II, ia bertindak sebagai Panglima Komando Asia Tenggara
Ketika McDonald ditanya apakah dia akan meminta maaf kepada Pangeran Charles atas pembunuhan Lord Mountbatten, paman buyutnya, dia mengatakan militer Inggris telah melakukan 'banyak sekali tindakan kekerasan' selama Troubles di Irlandia Utara.
“Saya percaya itu semua tugas kita untuk memastikan bahwa tidak ada anak lain, tidak ada keluarga lain, tidak peduli siapa mereka, menderita trauma yang sama dan patah hati yang terlalu umum di semua sisi pulau ini dan sekitarnya,†lanjutnya.
IRA dan mantan pemimpin Sinn Fein Gerry Adams sendiri menyatakan bahwa Lord Mountbatten adalah target yang sah.
Bom yang menewaskan bangsawan senior itu telah ditanam oleh anggota IRA, Thomas McMahon yang telah memasang alat peledak yang dikendalikan radio di atas kapal sebelum Lord Mountbatten dan rombongannya berangkat pada 27 Agustus 1979.
Empat jam kemudian IRA menyerang lagi ketika dua bom, dan menewaskan 18 tentara Inggris dalam penyergapan di Warrenpoint di Irlandia Utara.
BERITA TERKAIT: