"Ini tidak bisa diterima," kata Rutte. "Setiap orang normal hanya bisa menyadari ini dengan ngeri."
Dia menentang anggapan bahwa kerusuhan terjadi karena aksi protes pembatasan jam malam. Menurutnya itu bukanlah cara seseorang berunjuk rasa.
"Ini kekerasan kriminal. Ini tidak ada hubungannya dengan protes, ini adalah kekerasan kriminal dan begitulah cara kami memperlakukannya," ujarnya, seperti dikutip dari
AP.
Polisi anti huru hara di Belanda kembali bentrok dengan pengunjuk rasa yang menentang jam malam pada Senin, menyusul kerusuhan yang terjadi pada Sabtu.
Polisi menangkap sekitar 250 orang di seluruh negeri, termasuk seorang pria yang memposting ancaman terhadap jurnalis di media sosial, seperti yang dilaporkan
ANP.
Den Haag, Tilburg, Venlo, Roermond, Helmond, Breda, Arnhem, dan Apeldoorn, nampak rusak dan sangat berantakan karena aksi protes itu.
Yang terparah adalah Eindhoven, kota di selatan Belanda, tempat polisi bentrok dengan ratusan perusuh yang membakar mobil, melemparkan batu dan kembang api ke arah petugas, memecahkan jendela dan menjarah supermarket di stasiun kereta.
Pemandangan di kota itu sangat mengerikan yang membuat pejabat menetapkan status darurat.
Walikota Eindhoven John Jorritsma mengatakan perusuh bertindak sangat anarkis dan brutal. Dia menggambarkan mereka sebagai 'sampah bumi'.
"Kota saya menangis, dan saya juga, ' katanya pilu, dalam konferensi pers dadakan yang emosional.
"Saya khawatir jika kita terus menempuh jalan ini, kita sedang menuju perang saudara," katanya lagi.
Kerusuhan tersebut bertepatan dengan akhir pekan pertama dari jam malam nasional yang mengharuskan orang untuk tinggal di rumah dari jam 9 malam sampai 4:30 pagi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: