Eks Pimpinan Mossad Yakin Iran Tak Akan Ambil Tindakan Sebelum Joe Biden Menjabat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 04 Januari 2021, 14:10 WIB
Eks Pimpinan Mossad Yakin Iran Tak Akan Ambil Tindakan Sebelum Joe Biden Menjabat
Mayjen Qasem Soleimani/Net
rmol news logo Iran kemungkinan tidak akan mengambil tindakan apa pun terkait peringatan pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani sampai Hari Pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari.

Begitu prediksi yang disampaikan oleh dua mantan kepala intelijen Israel Mossad dan mantan kepada dewan keamanan nasional, yang dikutip dari Sputnik.

Mantan direktur Mossad, Shabtai Shavit mengatakan, pembunuhan ilmuwan kenamaan Iran, Mohsen Fakhrizadeh menjadi pukulan ganda bagi Iran. Apalagi setelah kepergian Soleimani, Pasukan Elite Al Quds dipimpin oleh Esmail Ghaani yang dianggap tidak sehebat pendahulunya.

Dengan berbagai serangan tersebut, Shavit mencatat, Iran akan sabar menunggu kesempatan untuk menyerang targetnya.

"Kami harus memperhitungkan bahwa mereka akan merespons. Mereka akan menunggu kesempatan untuk menyerang target berkualitas tinggi," ucap dia.

Berbeda dengan Shavit, mantan direktur Mossad Danny Yatom berpendapat, saat ini Pasukan Quds belum pulih sejak sepeninggalan Soleimani hingga sulit untuk melakukan tindakan balasan.

Mantan Kepala Dewan Keamanan Nasional Giora Eiland sendiri berasumsi, Teheran tidak akan mengambil tindakan apa pun sebelum Biden menjabat.

"Mereka tidak akan lupa untuk membalas. Mungkin waktunya bukan ketika mereka dalam negosiasi dengan Amerika. Mereka akan menjadi bodoh untuk melakukan serangan (selama negosiasi) hanya karena mereka memiliki kesempatan. Tetapi mereka adalah orang yang sangat lihai, Anda tidak bisa meremehkan mereka," ujarnya.

Sebelumnya jurubicara IRGC Jenderal Ramezan Sharif mengatakan Iran akan menentukan waktu dan tempat untuk membalas pembunuhan Soleimani.

"Balas dendam ini harus berdampak paling besar pada musuh dan mendapat dukungan paling banyak dari dunia Islam," ujarnya.

Pada 3 Januari 2020, Soleimani yang merupakan komandan Pasukan Quds dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS ketika mobilnya meninggalkan Bandara Internasional Baghdad. Serangan itu merupakan perintah dari Presiden Donald Trump.

Sebagai tanggapan, Teheran melancarkan serangan rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak, pangkalan Ayn al-Assad dan pangkalan udara Erbil. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA