Badan amal berjuang untuk memenuhi permintaan makanan yang terus meningkat karena jutaan keluarga kelaparan di seluruh negeri.
Lembaga Survei Social Weather Stations mencatat jumlah orang yang kelaparan telah mencapai rekor tertinggi selama pandemi. Hampir sepertiga keluarga - atau 7,6 juta rumah tangga - tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan setidaknya sekali dalam tiga bulan sebelumnya, seperti yang tertera dalam hasil survey pada bulan September.
Di antara mereka ada 2,2 juta keluarga yang mengalami 'kelaparan parah'. Jumlahnya telah meningkat sejak Mei, dua bulan setelah negara itu mengalami lockdown total.
Direktur Eksekutif Rise Against Hunger, yang bekerja dengan lebih dari 40 mitra untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Filipina yang membutuhkan, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat melihat angka kelaparan seperti yang sekarang terjadi di negeri itu.
"Jika Anda pergi ke sana, semua orang akan memberi tahu Anda bahwa mereka lebih takut mati karena kelaparan daripada mati karena Covid. Mereka tidak peduli lagi tentang Covid," ujar Jomar Fleras, seperti dikutip dari
AFP. Beberapa bulan terakhir, pembatasan Covid-19 telah dilonggarkanagar orang-orang bisa kembali mencari nafkah dan roda perekonomian berputar lagi.
Di tengah ketakutan serangan virus corona, kaum miskin memandang bahwa pandemi hanyalah tantangan lain dalam hidup mereka, bukan hal yang serius.
Auminto, 41 tahun, misalnya. Dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan tidak ada yang bisa menghentikannya, bahkan virus corona.
“Kami kehilangan sumber penghasilan," katanya, mengeluhkan penguncian yang telah mematikan usahanya sebagai pekerja bangunan.
Sepajang pandemi, ia dan keluarganya harus bergabung dengan antrian panjang yang sebagian besar adalah tunawisma untuk menerima makanan gratis dari dapur umum yang disiapkan pemerintah.
Lima hari dalam seminggu para sukarelawan yang dikelola oleh rumah ibadah Ordo Katolik Roma, Serikat Sabda Tuhan, menyiapkan sekitar seribu makanan dengan lauk ayam, sayuran, dan nasi yang dikemas ke dalam kotak dan diberikan kepada mereka yang lapar.
Jumlah itu terus meningkat, kata Pastor Flavie Villanueva, yang menjalankan program tersebut.
"Mayoritas mereka adalah tunawisma, tetapi saat ini ada sejumlah besar yang memiliki rumah tetapi sedang kesusahan karena tidak ada pekerjaan," katanya.
Kelaparan sudah menjadi masalah utama di Filipina sebelum pandemi melanda. Dalam laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, tercatat bahwa sekitar 59 juta orang "sedang atau sangat rawan pangan" antara 2017 dan 2019, yang tertinggi di Asia Tenggara.
Dampak virus pada kelaparan telah diperburuk oleh serangkaian topan yang melanda negara itu dalam beberapa bulan terakhir, menghancurkan puluhan ribu rumah.
BERITA TERKAIT: