Dalam percakapan telepon dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis (3/12) malam, Rouhani menyatakan penghargaannya atas kecaman Ankara terhadap serangan pembunuhan tersebut.
"Jelas bagi kami metode yang digunakan dalam pembunuhan ini dan oleh siapa itu dilakukan," kata Rouhani, seperti dikutip dari IRNA.
Ilmuwan Iran menghabiskan sebagian besar waktunya dalam beberapa bulan terakhir untuk berbagai penelitian. Di masa pandemi ini, para ilmuwan berjibaku untuk membuat alat diagnostik untuk penyakit tersebut. Rouhani mengatakan bahwa pembunuhan ilmuwan Iran adalah kejahatan besar dan dia tidak akan mengampuninya.
Dalam percakapan telepon itu, Rouhani menyinggung soal pernyataan presiden terpilih AS tentang kembalinya negara itu ke JCPOA.
"Kami telah berulang kali menekankan bahwa jika para pihak dalam perjanjian memenuhi kewajiban mereka, kami akan memenuhi bagian kami juga," katanya kepada Erdogan.
Erdogan menyampaikan belasungkawa atas pembunuhan ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh yang terjadi pada Jumat (27/12). Ia mengatakan bahwa tidak diragukan lagi, serangan teroris ini telah menargetkan perdamaian dan ketenangan kawasan. Ia berharap pelaku kejahatan tersebut dapat diidentifikasi dan diadili secepatnya.
Erdogan menggarisbawahi bahwa plot sedang dibuat untuk mengguncang kawasan itu.
Rouhani dan Erdogan kemudian menyepakati seruan kerja sama untuk memenuhi kebutuhan farmasi dan medis serta berbagi pengalaman di tengah pandemi virus corona.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: