Belum ada kabar dari Keita sejak Selasa, ketika dia membubarkan parlemen dan kemudian mengundurkan diri setelah ditahan di bawah todongan senjata, memperdalam krisis yang dihadapi negara yang berjuang untuk menangkis pemberontakan militan Islam.
Tim hak asasi manusia telah diberi akses ke Keita dan tahanan lainnya, kata misi penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MINUSMA, di Twitter.
"Tadi malam, tim dari MINUSMA #HumanRights pergi ke #Kati dalam rangka mandatnya untuk melindungi hak asasi manusia dan dapat memperoleh akses ke Presiden Ibrahim Boubacar Keita dan tahanan lainnya," kata misi penjaga perdamaian PBB,seperti dikutip dari AFP, Jumat (21/7).
Seorang anggota junta, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan telah mengizinkan misi hak asasi manusia PBB untuk mengunjungi semua tahanan yang berjumlah 19 orang, termasuk Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse di Kati.
Sumber itu menambahkan bahwa junta telah membebaskan mantan menteri ekonomi Abdoulaye Daffe dan Sabane Mahalmoudou, sekretaris pribadi Keita.
"Dua narapidana telah dibebaskan. Masih ada 17 orang di Kati. Ini bukti bahwa kami menghormati hak asasi manusia," kata anggota junta itu.
Pembebasan yang dilaporkan itu terjadi tak lama sebelum demonstrasi massa, yang dilakukan oleh koalisi protes yang menuntut pengunduran diri Keita, untuk merayakan kemenangan rakyat Mali.
Tentara pemberontak yang menamai organisasinya Komite Nasional untuk Penyelamatan Rakyat, di bawah kepemimpinan seorang kolonel berusia 37 tahun bernama Assimi Goita berjanji untuk membentuk dewan transisi dan menggelar pemilihan 'dalam waktu yang wajar'.
Tentara pemberontak menangkap Keita dan para pemimpin lainnya setelah melancarkan pemberontakan pada Selasa di Kati, sebuah pangkalan militer sekitar 15 kilometer (sembilan mil) dari Bamako.
Keita dan Cisse ditahan di sebuah vila di Kati tanpa televisi, radio atau alat komunikasi lain, sementara tahanan lainnya ditempatkan di pusat pelatihan, di mana mereka tidur di kasur dan menonton televisi, menurut saksi dalam kunjungan tersebut.
Mereka juga mengatakan Presiden berusia 75 tahun tahun itu tampak lelah tetapi santai, menggambarkan kondisinya bahwa ia baik-baik saja.
Delegasi dari 15 negara Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) juga diperkirakan akan segera tiba di Bamako, setelah blok tersebut mengadakan pertemuan puncak darurat pada Kamis yang bertujuan untuk membalikkan kudeta.
Misi tersebut, yang dipimpin oleh mantan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, bermaksud untuk melakukan perundingan terkait pembebasan Boubacar Keita bersama seluruh pejabat yang ditahan pihak pemberontak.
"Dia akan berkunjung untuk merundingkan pembebasan presiden segera dan juga memastikan pemulihan pemerintahan konstitusional," kata juru bicara Jonathan, menambahkan bahwa waktu kunjungan belum dikonfirmasi.
Saat ini ECOWAS telah menangguhkan keanggotaan Mali, menutup perbatasan dan menghentikan aliran keuangan ke negara itu.
Kudeta juga pernah terjadi pada 2012, membantu mempercepat pengambilalihan Mali utara oleh militan yang terkait dengan al Qaeda. Afiliasi al Qaeda dan ISIS sangat aktif di utara dan tengah negara itu.