Selain Diskriminasi, China Harus Hadapi Negara-negara Barat Yang Menjatuhkannya Lewat Virus Corona

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 03 Februari 2020, 12:50 WIB
Selain Diskriminasi, China Harus Hadapi Negara-negara Barat Yang Menjatuhkannya Lewat Virus Corona
Tim Medis China/Net
rmol news logo China tengah dirundung malang. Wabah virus corona yang menimpa negaranya dijadikan bulan-bulan berbagai pihak. Warga China dianggap sumber virus dan harus dijauhkan. Diskriminasi terhadap orang-orang China di beberapa negara sudah sampai pada titik di mana mereka merasa tertekan dan akhirnya bersuara.

Mereka berteriak di media sosial atas diskriminasi yang mereka hadapi ketika ketakutan tumbuh atas epidemi virus Corona.

Di Prancis, pengguna Twitter menggunakan tagar #JeNeSuisPasUnVirus atau "Saya bukan virus", untuk memprotes diskriminasi yang mereka dapatkan.

"Saya orang China, tapi saya bukan virus! Saya tahu semua orang takut akan virus, tetapi tolong jangan ada prasangka buruk terhadap kami,” begitu kicauan Lou Chengwang yang tinggal di Prancis, disertai fotonya memegang kertas dengan tagar #JeNeSuisPasUnVirus.

Beberapa juga mendapat perlakuan yang sama di negara yang mereka tinggali. China pada akhir pekan kemarin telah menyiapkan pesawat dan mengimbau warganya untuk segera pulang kampung agar "tidak menimbulkan kesulitan".

Melansir Al Arabiya, sebuah unggahan di Sino Weibo, media sosial terbesar di China, menyoroti sebuah insiden di mana seorang wanita China dikeluarkan dari sebuah restoran di Jepang. Menurut rekaman audio di Weibo yang dibagikan oleh seorang reporter dari Phoenix TV yang berbasis di Hong Kong, pelayan restoran itu dilaporkan meneriakkan “orang China keluar” .

Di Sri Lanka, seorang pengguna Twitter menggunggah gambar yang katanya adalah pintu sebuah restoran di negara itu dengan tanda yang mengatakan, "sementara kami telah berhenti memberikan layanan kepada warga China".

Ini sangat menyedihkan.

Mengutip Business Insider, seorang mahasiswa asal Asia yang bersekolah di Arizona State University mengaku takut saat batuk. Semua orang memandangi dirinya saat ia terbatuk.

Bukan hanya soal diskriminasi, China juga harus menghadapi pihak-pihak yang menggunakan isu virus Corona untuk memojokkan negeri tirai bambu itu.

Melansir Sputnik, pengamat dari Institut Chongyang di Universitas Renyang China, John Ross mengatakan, media-media dan tokoh politik Barat menggunakan isu virus Corona untuk menyerang Beijing.

“Ini jelas merupakan situasi di mana orang merasakan ketegangan, karena orang tidak bisa keluar dan mereka jelas khawatir. Ini bahkan terjadi di kota-kota yang tidak terkena dampak langsung," kata Ross.

Ross sangat tidak nyaman terhadap penyerangan ini di saat sebuah negara tengah serius menghadapi hidup dan mati warganya.

"Saya sangat menghina semua upaya untuk menyerang Tiongkok atas situasi yang sangat serius dan mengganggu bagi semua orang - dan bagi sebagian orang di China adalah masalah hidup dan mati," sambungnya.

Ross bilang orang-orang berusaha mengeksploitasi wabah virus corona ini. Sebagai negara besar, China memiliki banyak kelebihan dengan tenaga-tenaga medis yang hebat. Harusnya dunia bersyukur virus ini menyebar di negara yang memiliki catatan medis yang baik.

Ketika media dan tokoh di Barat memojokan China, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru memuji upaya Beijing dalam memerangi virus yang mulai menyebar dari wilayah Wuhan tersebut, seperti yang diakui Ross.

"WHO memuji tindakan yang diambil oleh pemerintah China. Sementara bagi pakar politik yang hanya bisa mengutuk China, maaf, para pakar politik ini tidak memiliki keahlian apa pun dalam pertanyaan tentang bagaimana menghadapi keadaan darurat medis utama, sedangkan WHO memilikinya,” tambah Ross. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA