Bagi China, Taiwan tetap merupakan bagian dari provinsinya yang "membandel" dan merupakan bagian dari satu China.
Tsai diketahui menang dalam pemilihan umum yang digelar pada Sabtu (11/1) dengan mengantongi sekitar 57 persen suara.
Tsai diketahui merupakan sosok pemimpin yang lantang mengatakan bahwa Taiwan adalah negara merdeka dengan nama resmi Republik China dan bukan bagian dari pemerintahan Beijing.
Dalam pidato kemenangannya, Tsai menyebut bahwa Taiwan akan htetap membuka kemungkinan pembicaraan dengan China. Namun dia menggarisbawahi bahwa Taiwan dan rakyatnya tidak akan tunduk pada intimidasi.
Menanggapi kemenangan Tsai, Kementerian Luar Negeri China mmenyebut bahwa Taiwan akan tetap menjadi urusan internal untuk China.
"Tidak peduli apa pun perubahan yang ada pada situasi internal di Taiwan, fakta dasar bahwa hanya ada satu China di dunia dan Taiwan adalah bagian dari China tidak akan berubah," begitu pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China akhir pekan ini.
Pemerintah Cina tidak akan mengubah pendiriannya dengan berpegang pada prinsip "satu China" dan menentang kemerdekaan Taiwan.
"Konsensus universal komunitas internasional yang berpegang pada prinsip satu China juga tidak akan berubah," tambah pernyataan yang sama seperti dimuat
Reuters.
Pernyataan yang sama menyebut bahwa China berharap dunia akan memahami serta mendukung "alasan adil" mengapa China menentang kegiatan pemisahan diri dan mewujudkan reunifikasi nasional dengan Taiwan.
BERITA TERKAIT: