Menutup tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Singapura merosot tajam menjadi 0,7 persen dari 3,1 persen pada 2018. Angka ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi paling lambat bagi Singapura sejak 2009.
Padahal dalam tiga bulan terakhir, produk domesik bruto meningkat sebesar 0,8 persen dari tahun lalu. Namun sayang, dorongan tersebut hanya mampu membuat pertumbuhan ekonomi Singapura berada di 0,7 persen.
Demikian yang diungkapkan oleh Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura seperti dimuat
Channel News Asia Kamis (2/1).
Menurut MTI, perlambatan ekonomi ini disebabkan oleh penurunan output dalam produk elektroik, bahan kimia dan transportasi. Kendati demikian, ekpansi meningkat dari manufaktur biomedis dan teknik presisi.
Selain itu, karena orientasi ekonomi Singapura berbasis ekspor, maka perang dagang yang berlarut-larut antara Amerika Serikat dan China juga menjadi faktor penentu.
Sementara memasuki 2020, Kepala Penelitian dan Strategi Keuangan OCBC, Selena Ling mengungkapkan, ekonomi Singapura sebagian besar akan bergantung pada ketidakpastian global.
"Tetapi 'bintang-bintang' menyelaraskan menuju cerita pemulihan yang lebih mendukung (masih ada harapan)," ujar Ling merujuk pada akan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase pertama AS dan China pada 15 Januari mendatang.
"Perkiraan pertumbuhan PDB 2020 kami tetap pada 1-2 persen tahun ke tahun dengan asumsi bahwa pemulihan manufaktur tetap dalam pola '
fits and starts' tetapi dengan sektor jasa dan konstruksi terus menapaki lintasan pertumbuhan yang lebih kencang," tambahnya.
Namun, ekonom Barclays, Brian Tan mengharapkan pertumbuhan PDB Singapura akan meningkat secara moderat sebesar 0,9 persen pada tahun 2020.
BERITA TERKAIT: