Dalam voting yang dilakukan di DPR, Donald Trump dinyatakan bersalah dalam dua tuduhan, yakni menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi dan berupaya menghalangi upaya Kongres.
Dalam akun Twitter resminya pada Kamis (19/12), Trump bereaksi. Dia mengatakan, pemakzulan ini merupakan upaya untuk menyerang Partai Republik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Presiden, Mike Pence.
Pernyataan Trump dan Pence dinilai sangat beralasan oleh dosen hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa.
Alumni University of Hawaii at Manoa (UHM) itu berpandangan, impeachment yang dimotori kubu Partai Demokrat hanya sebatas untuk "menggoyang" Partai Republik dalam pemilihan presiden tahun depan.
"Ini isu yang seksi, tapi tidak akan memiliki dampak yang cukup lama. Masih membutuhkan proses yang cukup panjang," ujar mantan Wakil Presiden Konfederasi Wartawan ASEAN (CAJ) itu.
Dalam wawancara dengan
CNN, Kamis siang (19/12), Teguh mengatakan, persoalan utama di balik
impeachment terhadap Trump ini terletak pada persoalan yang sedang dihadapi Partai Demokrat menjelang pilpres. Hingga kini Partai Demokrat belum memiliki kandidat yang dirasa pantas untuk menyaingi Trump.
Oleh karena itu, Partai Demokrat berusaha untuk men-
downgrade kredibilitas pemerintahan Partai Republik.
Di sisi lain, dia juga menduga Ketua DPR AS Nancy Pelosi sebagai motor
impeachment ini juga paham bahwa sistem politik AS tidak mudah untuk diterobos. Selain itu, terlalu berisiko bagi AS untuk melakukan manuver yang bisa menjungkirbalikkan struktur politik di saat negara sedang berada di tengah ketegangan dengan Republik Rakyat China (RRC).
“Mereka tidak bisa lebih dari itu. Karena memang saya pikir tujuan mereka bukan itu," ujar penulis buku “
Di Tepi Amu Darya†tersebut.
BERITA TERKAIT: