Dalam pidato publik terakhirnya sebagai kaisar, Akihito menyerahkan simbol-simbol kekuasaan dan berterima kasih kepada publik atas dukungan mereka selama 30 tahun masa pemerintahannya.
Sejak pagi hari, Akihito mengambil bagian dalam upacara Shinto untuk melaporkan rencananya kepada nenek moyang mitologis keluarga kekaisaran Jepang.
Upacara tersebut berlangsung di Istana Kekaisaran di depan sekitar 300 orang termasuk Perdana Menteri Shinzo Abe, Putra Mahkota Naruhito, dan Putri Mahkota Masako.
Akihito membawa segel negara bersama dengan pedang suci dan permata yang dianggap sebagai simbol keluarga kekaisaran di istana kekaisaran.
Dalam sebuah upacara singkat, Perdana Menteri Shinzo Abe menyampaikan pidato singkat. "Kami akan melakukan upaya terbaik untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi Jepang yang bangga yang penuh kedamaian dan harapan," kata Abe dalam pidatonya.
Sementara dalam pidato terakhirnya, Akihito menuturkan bahwa dia berharap Jepang membawa perdamaian dan kemakmuran di dunia.
"Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang menerima saya sebagai simbol dan mendukung saya," katanya.
"Bersama permaisuri, saya berharap dari hati saya, era Reiwa akan damai dan berbuah, dan dengan ini saya berdoa untuk kesejahteraan dan kebahagiaan negara kita dan orang-orang di dunia," sambungnya seperti dimuat
BBC.
Akihito secara teknis akan tetap menjadi kaisar sampai tengah malam ini. Kemudian pada hari Rabu pagi (1/5), Putra Mahkota Naruhito akan mewarisi tahta dan membawa era baru Reiwa.
Akihito yang kini berusia 85 tahun diberi izin untuk turun tahta setelah mengatakan dia merasa tidak mampu memenuhi perannya karena usia dan kesehatan menurun.
Dia adalah kaisar Jepang pertama yang mundur dalam lebih dari 200 tahun terakhir. Sementara kaisar tidak memiliki kekuatan politik dan Akihito berfungsi sebagai tokoh nasional.
Pemerintahan Akihito telah ditandai oleh interaksinya dengan orang-orang yang menderita penyakit dan bencana, yang telah membuatnya disayangi banyak orang Jepang.
BERITA TERKAIT: