Lima Fakta Soal Kekaisaran Jepang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 30 April 2019, 14:53 WIB
Lima Fakta Soal Kekaisaran Jepang
Kaisar Akihito turun takhta/Net
rmol news logo Kaisar Jepang, Akihito menggelar prosesi turun tahta sore ini (Selasa, 30/4). Dia menjadi kaisar Jepang pertama yang turun tahta sejak 200 tahun terakhir.

Putra Mahkota, Naruhito yang berusia 59 tahun akan meneruskan takhta dari sang ayah yang saat ini berusia 85 tahun dalam upacara lain pada besok hari (Rabu, 1/5).

Meski diyakini lebih modern dari pendahulunya, namun Naruhito tetap harus mengikuti sistem kekaisaran yang telah ada selama ribuan tahun. Kaisar Jepang memainkan peran simbolis penting dalam budaya Jepang.

Berikut lima fakta mengenai Kekaisaran Jepang.

1. Kaisar adalah pekerjaan seumur hidup

Ketika Kaisar Akihito turun tahta, dia akan menjadi kaisar Jepang pertama yang melakukan hal itu dalam lebih dari 200 tahun terakhir.

Undang-undang tahun 1889 mewajibkan kaisar untuk memerintah sampai akhir hayat demi menghindarkan perebutan kekuasaan. Tetapi pengecualian dibuat untuk Akihito yang kondisi kesehatannya menurun dan telah menjalani operasi jantung dan perawatan untuk kanker prostat.

Pada 2016 Akihito memberi isyarat ingin pensiun.

"Saya khawatir bahwa akan menjadi lebih sulit bagi saya untuk melakukan tugas-tugas saya sebagai simbol negara," katanya dalam pidato yang jarang ditayangkan di televisi kala itu.

Setelah beberapa bulan berdiskusi dan konsultasi dengan para ahli, parlemen Jepang mengeluarkan undang-undang khusus pada Juni 2017 yang memungkinkan Akihito mundur. Aturan baru ini hanya berlaku untuk Akihito, dan tidak akan berlaku untuk kaisar masa depan.

Kaisar terakhir yang turun tahta adalah Kaisar Kokaku pada tahun 1817, yang juga menyerahkan tahta kepada putranya.

2. Monarki tertua di dunia

Meskipun kalender Gregorian digunakan secara luas di Jepang, negara ini memiliki sistem kalender sendiri. Ini dimulai pada tahun 660 Sebelum Masehi, di era Kaisar Jimmu yang merupakan kaisar pertama Jepang dan diyakini sebagai pendiri Jepang. Kaisar Jimmu memerintah hingga 585 SM.

Ketika Putra Mahkota Naruhito mengambil alih tahta pada hari Rabu (1/5) besok, dia akan menjadi kaisar ke-126.

Naruhito akan memulai era baru, Reiwa. Nama yang bermakna harmoni yang indah itu akan digunakan ketika pergantian itu terjadi. Jepang telah memiliki lebih dari 250 era, karena para penguasa terkadang memulai era baru untuk menandai awal baru setelah periode-periode sulit dalam sejarah negara itu.

3. Amerika Serikat menulis ulang tugas kaisar setelah Perang Dunia II

Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menduduki Jepang dari 1945 hingga 1952, dan memimpin upaya Sekutu untuk merehabilitasi Jepang. Reformasi besar diberlakukan, termasuk perombakan sistem politik.

Konstitusi yang dirancang Amerika Serikat, yang mulai berlaku pada tahun 1947, memberikan lebih banyak kekuasaan kepada legislatif bi-kameral dan melucuti kekuatan politik kaisar. Di bawah dokumen baru, peran kaisar adalah bertindak sebagai "simbol negara dan persatuan rakyat".

Meskipun ada seruan dari beberapa pemimpin sekutu untuk meminta pemimpin perang Jepang, Kaisar Hirohito, diadili karena kejahatan perang, Jenderal Amerika Serikat Douglas MacArthur yang memimpin upaya rehabilitasi percaya bahwa reformasi mungkin akan lebih mudah dilakukan jika kaisar tetap berkuasa.

4. Klub laki-laki

Wanita tidak berhak untuk naik tahta di Jepang. Anggota keluarga kaisar yang wanita diharuskan menyerahkan gelar kerajaan mereka jika mereka menikahi rakyat biasa.

Jepang telah membahas kemungkinan mengubah aturan untuk memungkinkan partisipasi perempuan selama beberapa dekade terakhir karena kekhawatiran bahwa monarki akan mati karena krisis keturunan laki-laki.

Pangeran Naruhito dan istrinya hanya memiliki satu anak, yakni Putri Aiko lahir pada tahun 2001. Dia tidak memenuhi syarat untuk naik takhta.

Time memuat jajak pendapat yang menunjukkan bahwa publik Jepang mendukung amandemen undang-undang yang memungkinkan pewaris perempuan. Pangeran Naruhito sendiri diyakini mendukung perubahan dalam hukum suksesi.

"Saya tidak berpikir dia berpegang pada gagasan sempit bahwa hanya laki-laki di atas takhta yang dapat diterima," kata Mototsugu Akashi, teman Kaisar Akihito sejak kecil, menurut New York Times.

Namun perdebatan itu berakhir setelah saudara laki-laki Putra Mahkota Naruhito, yakni Pangeran Akishino, memiliki seorang putra pada tahun 2006. Dia berada di urutan berikutnya setelah Naruhito.

Menurut Reuters, undang-undang yang memungkinkan Akihito untuk mundur juga memperdebatkan gagasan membiarkan bangsawan perempuan tetap tinggal di keluarga kekaisaran setelah mereka menikah, tetapi itu tidak secara khusus berusaha untuk membahas apakah suatu hari nanti perempuan diizinkan untuk naik takhta.

5. Kaisar: Manusia atau Dewa?

Menurut mitologi Jepang, kaisar dan keluarganya dianggap sebagai keturunan langsung dari Dewi Matahari Amaterasu, Dewa Shinto.

Untuk sebagian besar sejarah negara, kaisar bertindak sebagai boneka, sementara shogun secara efektif mengendalikan negara dengan kekuatan militer mereka.

Namun hal ini berubah selama Restorasi Meiji pada 1800-an ketika kekuasaan dikonsolidasikan di bawah kekuasaan kekaisaran, ketika Jepang ingin memperkuat dirinya melawan ancaman kekuasaan Barat. Pada saat ini, kaisar menjadi kepala agama Shinto asli negara itu dan memberinya lebih banyak kepentingan agama.

Meskipun peran kaisar dalam Perang Dunia II kontroversial, Sekutu mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan kekuasaan dari kaisar yang mahakuasa dan 'Negara Shinto' setelah perang.

Arahan 1945 dikeluarkan untuk mencegah terulangnya penyimpangan teori dan kepercayaan Shinto ke dalam propaganda militeristik dan ultra-nasionalistis yang dirancang untuk menipu rakyat Jepang dan membawa mereka ke dalam perang agresi.

Untuk bekerja sama dengan upaya rehabilitasi, setelah Perang Dunia II, kaisar meminta masyarakat Jepang untuk menolak konsepsi yang salah bahwa kaisar itu bersifat ilahi dan bahwa orang-orang Jepang lebih unggul dari ras lain.

Pada tahun 2000, Perdana Menteri Yoshiro Mori memicu kontroversi ketika dia membandingkan kaisar dengan dewa.

"Jepang adalah negara para dewa dengan kaisar di pusatnya," katanya, menurut The Guardian.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA