Hal itu ditegaskan tim kampanye kubu calon presiden Henri Falcon dalam pertemuan dengan tim pemantau pemilu internasional di Hotel JW Marriott, Caracas, Sabtu sore (19/5).
Dalam diskusi yang diselenggarakan Dewan Pemilihan Nasional (CNE) tim kampanye Falcon menghadirkan tiga jurubicara. Ketiganya adalah Julio Caesar Pineda, Rafael Quiroz dan Oscar Arnal.
"Kami tidak akan membiarkan invasi militer negara lain dan kudeta," tegas Penida.
"Tadinya kami tidak mau ikut pemilu besok (Minggu, 20/5). Tapi akhirnya kami memutuskan untuk ikut," ujar Pineda.
Menurut dia, setidaknya ada dua alasan mengapa Henri Falcon dan partai-partai pendukungnya belakangan memutuskan ikut pemilu.
Pertama, karena menilai dukungan rakyat pada pemerintahan Nikolas Maduro mengalami penurunan signifikan akibat krisis ekonomi yang tidak terkendali. Venezuela mengalami hyperinflasi hingga 4.000 persen.
Nilai tukar mata uang bolivares terhadap dolar AS juga tidak menentu. Pemerintah menetapkan nilai tukar pada kisaran 60 ribu. Namun yang berlaku di lapangan, satu dolar AS senilai antara 600 ribu hingga 700 ribu bolivares.
Pemerintah membatasi peredaran uang, dan mendorong masyarakat menggunakan kartu debit.
Alasan kedua mengapa kubu Henri Falcon ikut pemilu, sebutnya, terkait dengan krisis konstitusional yang sedang terjadi di Venezuela menurut mereka.
Pineda menuding, pembentukan Majelis Konstitusi melalui pemilihan umum bulan Desember 2017 tidak konstitusional.
Pineda membenarkan pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak luar negeri, misalnya Uni Eropa.
"Uni Eropa akan mengakui hasil pemilu kalau yang menang adalah kubu oposisi," kata dia.
Dalam pemilihan presiden tahun ini, Henri Falcon didukung oleh Parta Copei, Partai Avanzada, MAS, dan Ecologico.
Pineda mengatakan, apabila Henri Falcon yang terpilih, maka untuk perbaikan ekonomi pihaknya akan membuka hubugan baik dengan Bank Dunia dan IMF, juga menyeimbangkan hubungan dengan nega Barat.
[guh]
BERITA TERKAIT: