KTT tersebut akan mempertemukan Presiden Korea Selatan Moon Jae In dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk duduk satu meja membahas masa depan dua negara di desa perbatasa Panmunjom.
Ini adalah kali pertama pertemuan dua pemimpin Korea sejak tahun 2000 dan terakhir tahun 2007.
Bagi banyak orang Korea Selatan, gagasan unifikasi telah berkembang jauh, jika tidak dibuat-buat, selama 65 tahun sejak perang dengan Korea Utara berakhir dengan gencatan senjata. Warisan Perang Korea berdarah, beberapa dekade provokasi militer dan ancaman, dan pengejaran senjata nuklir Pyongyang telah meninggalkan perpecahan yang dalam.
"Korea Selatan sekarang berdiri bahu-membahu dengan negara-negara maju setelah naik dari salah satu negara termiskin di dunia, berkat darah dan keringat generasi orang tua kita," kata Park Jung-ho, seorang pekerja kantoran di Seoul berusia 35 tahun seperti dimuat
Reuters.
"Setelah unifikasi, semuanya akan kembali seperti ketika kita adalah negara berkembang," kata Park.
Warga Korea Selatan lainnya, Suji Lee berusia 31 tahun, mengatakan unifikasi hanya akan menimbulkan kekacauan ekonomi di Selatan dan menyarankan kedua Korea akan lebih baik sebagai negara terpisah.
"Keterpencilan dan kerusakan," kata Lee, ketika ditanya hal pertama yang muncul dalam pikiran ketika dia memikirkan unifikasi. Namun demikian, dia berharap lebih dari sekedar unifikasi, yakni terciptanya perdamaian antara kedua negara.
Sebuah laporan tahunan yang dibuat oleh Seoul National University (SNU) tentang bagaimana orang Korea Selatan merasakan unifikasi menyebut bahwa warga Korea Selatan secara kasar terbagi atas kelompok yang merasa unifikasi perlu dilakukan dan kelompok yang merasa unifikasi tidak diperlukan.
Tahun lalu, 53,8 persen responden mengatakan mereka melihat penyatuan sebagai "perlu" dan sisanya merasa tidak perlu.
Fakta bahwa orang Korea di kedua sisi semenanjung adalah dari etnis yang sama selalu menjadi alasan terbesar untuk mendukung penyatuan.
Sementara itu sebuah jajak pendapat tiga bulanan yang dilakukan oleh Dewan Penasihat Unifikasi Nasional di bulan Maret kemarin menunjukkan 50,3 persen dari mereka yang disurvei percaya denuklirisasi seharusnya menjadi agenda utama di KTT, sementara mengurangi ketegangan militer diikuti dengan 36,8 persen. Hal itu menunjukka bahwa terlepas dari apakah unifikasi akan tercipta atau tidak, warga Korea Selatan tetap menginginkan kedua Korea bisa hidup berdampingan dengan damai.
[mel]
BERITA TERKAIT: