Dalam kesempatan yang sama, ketika Oprah naik ke atas panggung, dia memberikan pidato yang menarik perhatian. Pasalnya, sang ratu
talk show Amerika Serikat itu menyampaikan pidato serius bak kandidat presiden di panggung kampanye.
Oprah membuka pidatonya pada hari Minggu malam (7/1) dengan mengingat seperti apa rasanya ketika dia masih kecil, menyaksikan orang kulit hitam pertama memenangkan Academy Award yang bergengsi.
"Pada tahun 1964, saya adalah seorang gadis kecil yang sedang duduk di lantai dasar rumah ibu saya di Milwaukee, menyaksikan Anne Bancroft mempresentasikan Oscar untuk aktor terbaik di Academy Awards ke-36. Dia membuka amplop itu dan mengatakan lima kata yang benar-benar menghasilkan sejarah, yakni: 'Pemenangnya adalah Sidney Poitier'," kata Oprah.
Oprah melanjutkan pidatonya dengan menceritakan kisah Recy Taylor, yang diculik dan diperkosa oleh enam orang kulit putih pada tahun 1944.
"Recy Taylor meninggal 10 hari yang lalu, dan hanya merasa malu dengan ulang tahunnya yang ke-98. Dia hidup, seperti yang kita semua telah hidup bertahun-tahun dalam budaya yang dipecah oleh orang-orang yang sangat brutal. Dan terlalu lama, wanita belum pernah didengar atau dipercaya jika mereka berani mengatakan kebenaran mereka kepada kekuatan orang-orang itu, tapi waktu mereka sudah habis," kata Oprah.
"Saya ingin semua gadis menonton di sini dan sekarang tahu bahwa hari baru ada di cakrawala. Dan ketika hari baru itu akhirnya fajar, akan terjadi karena banyak wanita yang luar biasa, banyak di antaranya berada di sini di ruangan ini malam ini, dan beberapa orang cantik fenomenal, berjuang keras untuk memastikan bahwa mereka menjadi pemimpin yang membawa kita ke masa di mana tidak ada orang yang mengatakan, 'Aku juga' lagi," sambungnya.
Wartawan
BBC Amerika Utara, Anthony Zurcher menganalisa sejumlah elemen dalam pidato Oprah yang dinilainya tak ubahnya pidato kandidat presiden Amerika Serikat.
Pertama adalah adanya sentuhan pribadi. Hal itu tampak ketika Oprah membuka pidatonya dengan mengingat masa kecilnya ketika dia menyaksikan orang kulit hitam pertama meraih penghargaan bergengsi.
Anthony Zurcher menulis bahwa keaslian isi pidato serta narasi yang berakar pada hal "sederhana" merupakan pokok dari banyak politisi ulung Amerika Serikat. Hal itu adalah cara untuk mendasarkan kandidat (presiden) dengan warga Amerika Serikat lainnya dan mampu membuat mereka yang mendengarnya merasa bahwa mereka memiliki masa kecil yang sama sederhananya.
Kedua, setiap pernyataannya memiliki makna dan tujuan. Dalam pidatonya, Oprah juga menyinggung mengenai kebebasan pers dan memperluas pesannya dengan memasukkan wanita dari semua lapisan masyarakat, baik pekerja rumah tangga, buruh tani, pekerja pabrik, dokter dan tentara yang telah mengalami pelecehan selama bertahun-tahun. Oprah dinilai memposisikan dirinya sebagai suara gerakan.
Oprah dinilai berbicara mengenai fakta dan masalah yang terjadi. Dia berbicara dengan kebenaran. Menurut Anthony Zurcher, kebenaran terhadap kekuasaan bukanlah tema baru dalam politik Amerika Serikat, namun hal itu sangat efektif.
Ketiga, menggunakan anekdot menarik. Hal itu tampak ketika Oprah sempar fokus menyinggung soal kisah Recy Taylor. Teknik berpidato semacam itu, masih menurut Anthony Zurcher, juga dilakukan oleh Ronald Reagan, selama pidato kenegaraannya pada tahun 1980an. Pada saat itu, Reagan berinovasi dengan penggunaan pahlawan pribadi untuk menggambarkan poinnya.
Keempat, adanya seruan untuk bertindak. Hal ini terlihat dari cara Oprah mengatakan bahwa dia ingin semua gadis menonton tahu bahwa hari baru ada di cakrawala. Dan ketika hari baru itu akhirnya fajar, akan terjadi karena banyak wanita yang luar biasa.
Dan perlu ditekankan, setiap kampanye selalu membutuhkan slogan yang bisa menjadi ciri khas dan diingat masyarakat. Oprah, dalam pidato tersebut dinilai telah memenuhi hal itu dengan kalimat bak slogan, "hari baru di cakrawala".
[mel]