Hingga 40.000 orang menghadiri sebuah acara di Phnom Penh, ibu kota Kamboja, yang diselenggarakan ParÂtai Rakyat Kamboja (CPP) pimpinan Perdana Menteri Hun Sen.
"Kemenangan 7 Januari menyelamatkan nyawa orang-orang yang selamat dari pembunuhan-pembunuhan terseÂbut dan membawa kembali hak-hak rakyat Kamboja yang hilang di bawah rezim Pol Pot," kata Hun Sen pada acara tersebut.
Sebagian besar korban rezim itu meninggal dunia karena siksaan, kelaparan, keÂhausan atau penyakit di kamp-kamp kerja paksa atau disiksa hingga menemui ajal selama eksekusi massal di "ladang-ladang pembantaian."
Hari itu kontroversial di Kamboja. Sebab, partai Hun Sen merayakannya sebagai hari pembebasan sementara yang lain meratapinya seÂbagai awal pendudukan 10 tahun tetangga yang mereka benci, Vietnam.
"Naik dan jatuhnya Khmer Merah, yang melakukan genosida, dimulai VietÂnam untuk membagi dan melemahkan Kamboja agar tetap berada di bawah kendali Vietnam," demikian tulisan bekas pemimpin oposisi Sam Rainsy di Facebook-nya.
Sementara Amerika Serikat menyebut hari itu meÂnandai perjalanan Kamboja menuju masa depan yang lebih cerah.
"Kami juga merayakan keÂcerdikan, keberanian dan juga kegigihan yang dengannya rakyat Kamboja telah muncul dari periode kegelapan, memÂbangun kembali negara mereka, dan memajukan proses rekonsiliasi nasional," deÂmikian pernyataan kedutaan besar Amerika Serikat.
Ulang tahun tersebut terjadi di tengah penumpasan oposisi oleh pemerintahan Hun Sen menjelang pemilihan umum Juli.
AS dan Uni Eropa menarik dukungan untuk pemungutan suara menyusul pembubaran Partai Penyelamatan Nasional Kamboja, oposisi utama, tahun lalu. Tetapi China, penÂdukung luar negeri terbesar Kamboja, pada menyatakan yakin pemilihan tahun ini akan berlangsung jujur.
Tiga tokoh di era Pol Pot yang masih hidup menjalani hukuman seumur hidup setelah diadili pengadilan gabungan Kamboja dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka yang berada di balik jeruji ialah Kaing Guek Eav, bekas kepala penjara S-21 Khmer Merah, "Saudara Nomor Dua" Nuon Chea dan bekas Presiden Khieu Samphan. ***
BERITA TERKAIT: