Pemutihan Penis Jadi Tren Kecantikan Baru Di Thailand

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Sabtu, 06 Januari 2018, 07:19 WIB
Pemutihan Penis Jadi Tren Kecantikan Baru Di Thailand
Salah satu prosedur pemutihan penis/BBC
rmol news logo Tren kecantikan bukan hanya digandrungi wanita, tapi juga pria. Di Thailand, beberapa waktu belakangan ini ada tren untuk memutihkan penis di kalangan pria.

Tren memutihkan warna kulit sebenarnya bukan hal baru di negara-negara Asia di mana mayoritas warganya memiliki kulit lebih gelap.

Meski begitu, tren memutihkan alat kelamin pria baru kali ini menjadi sorotan.

Sebuah video dan post di sosial media dari klinik yang menawarkan layanan pemutihan penis menggunakan laser untuk memecah kulit melanin menjadi viral di Thailand beberapa pekan terakhir.

Manajer pemasaran Rumah Sakit Lelux yang menawarkan layanan tersebut, Popol Tansakul mengatakan bahwa pihaknya telah memperkenalkan layanan pemutihan vagina empat bulan yang lalu.

"Penderita mulai bertanya tentang pemutih penis, jadi kami memulai pengobatan sebulan kemudian," jelasnya.

Biaya prosedur laser untuk pemutihan penis ada;ah sekitar 650 dolar AS selama lima sesi.

Klinik tersebut saat ini rata-rata mendapatkan 20-30 pasien sebulan untuk pemutihan vagina dan penis. Tidak jarang pasien yang datang berasal dari negara Asia lainnya seperti Myanmar, Kamboja dan Hong Kong.

"Mereka populer di antara pria gay dan waria yang merawat bagian pribadinya. Mereka ingin tampil bagus di semua bidang," jelas Popol.

Menanggapi tren tersebut, Kementerian Kesehatan Thailand mengeluarkan peringatan mengenai prosedur kecantikan tersebut.  

Kementerian tersebut memperingatkan tentang kemungkinan efek samping seperti rasa sakit, pembengkakan atau bekas luka bahkan efek pada sistem reproduksi dan efek samping saat berhubungan seks.

Selain itu, jika perawatan dihentikan, dikhawatirkan warna kulit akan kembali normal dan bisa memunculkan bintik-bintik di kulit kelamin.

"Penis laser whitening tidak perlu, menghabiskan banyak uang dan memberi efek negatif lebih banyak daripada yang positif," kata Dr Thongchai Keeratihuttayakorn dari kementerian tersebut dalam pernyataan seperti dimuat BBC. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA